Laqadja akum rasulum


web stats

Senin, 29 April 2024

KEUTAMAAN SHOLAT BERJAMAAH DI MESJID

KEUTAMAAN SHOLAT BERJAMAAH DI MESJID

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الْمَسْجِدُ بَيْتُ كُلِّ تَقِيٍّ، وَقَدْ ضَمِنَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ لِمَنْ كَانَ الْمَسَاجِدُ بُيُوتَهُ الرَّوْحَ، وَالرَّحْمَةَ، وَالْجَوَازَ عَلَى الصِّرَاطِ

”Masjid adalah rumah bagi setiap orang yang bertakwa. Dan Allah menjamin orang-orang yang menjadikan masjid sebagai rumahnya dengan kegembiraan, rahmat, dan kemudahan melintasi shirath.” (HR. Thabrani dan Al-Bazaar.

keutamaan shalat jamaah adalah penjelasan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang keutamaan seorang makmum yang mengucapkan “Aamiin” bersama-sama dengan imam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا قَالَ الْإِمَامُ {غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ} [الفاتحة: 7] فَقُولُوا: آمِينَ؛ فَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ تَقُولُ: آمِينَ، وَإِنَّ الْإِمَامُ يَقُولُ: آمِينَ، فَمَنْ وَافَقَ تَأْمِينُهُ تَأْمِينَ الْمَلَائِكَةَ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

”Jika imam berkata, ’Bukan (jalan) orang-orang dimurkai (Yahudi) dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat (Nasrani)’ (QS. Al-Fatihah : 7); maka katakanlah, ’Aamiin’, karena sesungguhnya para malaikat juga berkata, ’Aamiin’, dan imam juga mengatakan, ’Aamiin’. Barangsiapa yang mengucapkan amin bersamaan dengan para malaikat, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari, Muslim, dan An-Nasa’i. Lafadz hadits ini merupakan riwayat An-Nasa’i)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

مَنْ تَوَضَّأَ لِلصَّلَاةِ فَأَسْبَغَ الْوُضُوءَ، ثُمَّ مَشَى إِلَى الصَّلَاةِ الْمَكْتُوبَةِ، فَصَلَّاهَا مَعَ النَّاسِ أَوْ مَعَ الْجَمَاعَةِ أَوْ فِي الْمَسْجِدِ غَفَرَ اللهُ لَهُ ذُنُوبَهُ

”Barangsiapa yang berwudhu untuk shalat dengan menyempurnakan wudhu, kemudian berjalan untuk menunaikan shalat wajib, dan shalat bersama manusia atau bersama jamaah atau di masjid, maka Allah akan mengampuni dosanya.” (HR. Muslim)

Keutamaan shalat jamaah dibandingkan dengan shalat sendirian

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

صَلاَةُ الجَمَاعَةِ تَفْضُلُ صَلاَةَ الفَذِّ بِسَبْعٍ وَعِشْرِينَ دَرَجَةً

”Shalat jamaah lebih utama dua puluh tujuh derajat dibandingkan shalat sendirian.” (HR. Bukhari)

Dengan shalat jamaah, pelakunya akan mendapatkan penjagaan dari setan

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ الشَّيْطَانَ ذِئْبُ الْإِنْسَانِ كَذِئْبِ الْغَنَمِ، يَأْخُذُ الشَّاةَ الْقَاصِيَةَ وَالنَّاحِيَةَ، فَإِيَّاكُمْ وَالشِّعَابَ، وَعَلَيْكُمْ بِالْجَمَاعَةِ وَالْعَامَّةِ وَالْمَسْجِدِ

”Sesungguhnya setan itu serigala bagi manusia seperti serigala pemangsa kambing. Dia akan memangsa kambing yang sendirian dan terpisah (dari kawanannya). Janganlah menyendiri bahkan kalian wajib untuk bergabung bersama jamaah, bersama orang banyak, dan masjid.” (HR. Ahmad, dengan sanad jayyid)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَإِنَّ صَلَاةَ الرَّجُلِ مَعَ الرَّجُلِ أَزْكَى مِنْ صَلَاتِهِ وَحْدَهُ، وَصَلَاتُهُ مَعَ الرَّجُلَيْنِ أَزْكَى مِنْ صَلَاتِهِ مَعَ الرَّجُلِ، وَمَا كَثُرَ فَهُوَ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى

”Sesungguhnya shalat seorang lelaki bersama satu orang lelaki lebih baik daripada shalat sendirian. Shalatnya bersama dua orang lelaki lebih baik daripada shalat bersama seorang lelaki. Makin banyak itu makin dicintai oleh Allah ‘Azza wa Jalla.” (HR. Abu Dawud dan An-Nasa’i)

Barangsiapa yang shalat jamaah ikhlas karena Allah selama 40 hari dan selalu mendapatkan takbir pertama bersama imam, akan terbebas dari dua perkara

Rasulullah shallallahu ;alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ صَلَّى لِلَّهِ أَرْبَعِينَ يَوْمًا فِي جَمَاعَةٍ يُدْرِكُ التَّكْبِيرَةَ الأُولَى كُتِبَ لَهُ بَرَاءَتَانِ: بَرَاءَةٌ مِنَ النَّارِ، وَبَرَاءَةٌ مِنَ النِّفَاقِ

”Barangsiapa yang shalat berjamaah selama 40 hari dan selalu mendapati takbir pertama, maka dia akan terbebas dari dua perkara, (yaitu) terbebas dari neraka dan terbebas dari nifak.” (HR. Tirmidzi, di-hasan-kan oleh Syaikh Albani)

Keutamaan shalat shubuh, ashar, dan isya’ berjamaah

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِي العَتَمَةِ وَالصُّبْحِ، لَأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا

”Seandainya orang-orang mengetahui keutamaan yang terdapat dalam shalat isya dan subuh, niscaya mereka akan mendatanginya meskipun dengan merangkak.” (Muttafaq ‘alaih)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ صَلَّى الْعِشَاءَ فِي جَمَاعَةٍ كَانَ كَقِيَامِ نِصْفِ لَيْلَةٍ، وَمَنْ صَلَّى الْعِشَاءَ وَالْفَجْرَ فِي جَمَاعَةٍ كَانَ كَقِيَامِ لَيْلَةٍ

”Barangsiapa yang melaksanakan shalat isya berjamaah, maka seperti shalat setengah malam. Barangsiapa yang shalat isya dan subuh berjamaah, maka seperti shalat sepanjang malam.” (HR. Abu Dawud dan Tirmizi, di-shahih-kan oleh Syaikh Albani)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ تَوَضَّأَ، ثُمَّ أَتَى الْمَسْجِدَ فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْفَجْرِ، ثُمَّ جَلَسَ حَتَّى يُصَلِّيَ الْفَجْرَ كُتِبَتْ صَلَاتُهُ يَوْمَئِذٍ فِي صَلَاةِ الْأَبْرَارِ، وَكُتِبَ فِي وَفْدِ الرَّحْمَنِ

”Barangsiapa yang berwudhu kemudian datang ke masjid dan mengerjakan shalat dua rakaat sebelum shalat subuh, kemudian duduk sampai melaksanakan shalat subuh, maka shalatnya pada hari itu dicatat sebagai shalat orang-orang yang bertakwa dan tercatat sebagai tamu-tamu Allah.” (HR. Thabrani, di-hasan-kan oleh Syaikh Albani


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ صَلَّى الصُّبْحَ في جماعة فَهُوَ فِي ذِمَّةِ اللَّهِ، فَمَنْ أَخْفَرَ ذِمَّةَ اللَّهِ أَكَبَّهُ اللَّهُ عَلَى وَجْهِهِ فِي النَّارِ

”Barangsiapa yang melaksanakan shalat subuh berjamaah, maka dia berada dalam jaminan Allah. Barangsiapa yang tidak memenuhi jaminan Allah, niscaya Allah akan menelungkupkan wajahnya di neraka.” (HR. Thabrani, dan perawinya adalah perawi yang dipakai dalam kitab shahih)

Syaikh Mubarakfuri rahimahullah menjelaskan bahwa makna ”maka dia berada dalam jaminan Allah” adalah “berada dalam perjanjian dan amanah-Nya di dunia dan di akhirat”.


Adapun makna “maka barangsiapa yang tidak memenuhi jaminan Allah, niscaya Allah akan menelungkupkan wajahnya di neraka”, para ulama menyebutkan dua makna:

Makna pertama, maksudnya adalah jangan tinggalkan shalat subuh berjamaah dan jangan pula menyepelekannya, sehingga kalian melanggar perjanjian antara kalian dan Rabb kalian. Maka Allah akan menelungkupkan wajah kalian di neraka.

Makna kedua, barangsiapa yang shalat subuh, dia berada dalam jaminan Allah, maka janganlah kalian mengganggunya sedikit pun. Jika kalian mengganggunya, maka Allah akan menelungkupkan wajah kalian di neraka.


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ صَلَّى الغَدَاةَ فِي جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ، ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ

”Barangsiapa yang melaksanakan shalat subuh berjamaah, kemudian duduk berdzikir kepada Allah sampai matahari terbit, kemudian melaksanakan shalat dua rakaat, maka baginya pahala sebagaimana pahala haji dan umrah yang sempurna, sempurna, dan sempurna.” (HR. Tirmizi, di-hasan-kan oleh Syaikh Albani)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يَتَعَاقَبُونَ فِيكُمْ مَلاَئِكَةٌ بِاللَّيْلِ وَمَلاَئِكَةٌ بِالنَّهَارِ، وَيَجْتَمِعُونَ فِي صَلاَةِ الفَجْرِ وَصَلاَةِ العَصْرِ، ثُمَّ يَعْرُجُ الَّذِينَ بَاتُوا فِيكُمْ، فَيَسْأَلُهُمْ وَهُوَ أَعْلَمُ بِهِمْ: كَيْفَ تَرَكْتُمْ عِبَادِي؟ فَيَقُولُونَ: تَرَكْنَاهُمْ وَهُمْ يُصَلُّونَ، وَأَتَيْنَاهُمْ وَهُمْ يُصَلُّونَ

”Malaikat saling bergiliran bersama kalian, yaitu malaikat di waktu malam dan siang. Mereka berkumpul ketika shalat subuh dan shalat ashar. Malaikat yang bersama kalian di waktu malam kemudian naik, dan ditanya oleh Rabb mereka, padahal Dia lebih tahu, ’Bagaimana keadaan hamba-Ku pada waktu kalian tinggalkan?’ Para malaikat menjawab, ’Kami meninggalkan mereka dalam keadaan shalat, dan kami mendatangi mereka dalam keadaan shalat.’” (HR. Bukhari dan Muslim, serta Ibnu Khuzaimah dengan disertai tambahan).

Ibnu Khuzaimah menambahkan dalam riwayatnya,

فَيَقُولُونَ: أَتَيْنَاهُمْ وَهُمْ يُصَلُّونَ وَتَرَكْنَاهُمْ وَهُمْ يُصَلُّونَ، فَاغْفِرْ لَهُمْ يَوْمَ الدِّينِ

”Para malaikat menjawab, ’Kami mendatangi mereka dalam keadaan shalat, dan kami meninggalkan mereka dalam keadaan shalat.’ Maka Allah pasti akan mengampuni mereka pada hari kiamat.” (Di-shahih-kan oleh Syaikh Albani)

Keutamaan shalat di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

صَلَاةٌ فِي مَسْجِدِي أَفْضَلُ مِنْ أَلْفِ صَلَاةٍ فِيمَا سِوَاهُ إِلَّا الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ وَصَلَاةٌ فِي الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ أَفْضَلُ مِنْ مِائَةِ أَلْفِ صَلَاةٍ فِيمَا سِوَاهُ

”Shalat di masjidku ini (Masjid Nabawi) lebih utama daripada seribu shalat di masjid lainnya kecuali Masjidil Haram. Sedangkan shalat di Masjidil Haram lebih utama daripada seratus ribu shalat di masjid lainnya.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah, di-shahih-kan oleh Syaikh Albani).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الصَّلَاةُ فِي جَمَاعَةٍ تَعْدِلُ خَمْسًا وَعِشْرِينَ صَلَاةً، فَإِذَا صَلَّاهَا فِي فَلَاةٍ فَأَتَمَّ رُكُوعَهَا وَسُجُودَهَا بَلَغَتْ خَمْسِينَ صَلَاةً

”Shalat berjamaah itu sama dengan shalat sebanyak 25 kali. Jika shalat di tengah padang pasir dengan menyempurnakan ruku’ dan sujud, maka itu sebanding dengan shalat sebanyak 50 kali.” (HR. Abu Dawud)

Asy-Syaukani rahimahullah berkata,

”Jika shalat berjamaah dilipatgandakan sebanyak dua puluh tujuh kali, maka shalat di tanah lapang sama dengan 1350 shalat. Hal ini jika shalat di tanah lapang itu dilakukan sendirian. Jika shalatnya dengan berjamaah maka bilangan yang telah disebutkan akan dilipatgandakan sebanyak pelipatgandaan shalat jamaah atas shalat sendirian. Dan karunia Allah itu sangat luas.” (Nailul Authar)

Allah membanggakan orang-orang yang melaksanakan shalat jamaah di depan para malaikat

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَبْشِرُوا، هَذَا رَبُّكُمْ قَدْ فَتَحَ بَابًا مِنْ أَبْوَابِ السَّمَاءِ، يُبَاهِي بِكُمُ الْمَلَائِكَةَ، يَقُولُ: انْظُرُوا إِلَى عِبَادِي قَدْ قَضَوْا فَرِيضَةً، وَهُمْ يَنْتَظِرُونَ أُخْرَى

”Bergembiralah. Rabb kalian telah membuka salah satu pintu langit seraya membanggakan kalian di hadapan para malaikat dan berkata,’Lihatlah hamba-Ku, mereka yang telah melaksanakan shalat wajib dan mereka menunggu shalat wajiban berikutnya.” (HR. Ibnu Majah. Mundziri berkata, ”Perawinya dapat dipercaya”. Di-shahih-kan oleh Syaikh Albani)


Minggu, 28 April 2024

Talqin Mayit

Talqin untuk orang meninggal pada Prosesi Pemakaman

JAKARTA, iNews.id - Bacaan talqin dan tahlil lengkap untuk mayit penting muslim ketahui dalam prosesi pemakaman. Dalam tradisi masyarakat Muslim di Indonesia, Talqin lazim dibacakan ke mayit ketika sudah selesai proses pemakaman.

Dr KH Ahmad Dimyathi Badruzzaman dalam bukunya Kupas Tuntas Masalah Talqin menjelaskan, praktik Talqin ini sudah lama berlaku (berjalan), mulai dari zaman sahabat Nabi Saw, zaman Tabi’in, Tabi’it-Tabi’in, ulama mutaqaddimin dan terus sampai kepada zaman ulama muta’akhirin, banyak orang yang meninggal yang sudah aqil baligh (dewasa) itu sudah biasa setelah dikuburkan kemudian mereka ditalqinkan.

Pengertian Talqin 

Dalam bahasa Arab, Talqin yakni Tafhim yaitu memberi pemahaman. Dalam kitab kamus, al-Munjid fi al-Lughah wa al-A’lam, karya Lois Ma’luf telah diperluas lagi, yaitu Fahhamahu iyyahu musyafahatan artinya memberi pemahaman kepadanya (kepada seseorang) dengan mulut secara berhadap-hadapan.

Secara istilah, Talqin adalah mengajarkan kalimat Tauhid “Laa ilaaha illallaahََkepada orang yang akan mati. Selain itu, mengingatkan kepada orang yang baru saja mati dan baru dikuburkan tentang beberapa hal yang dianggap penting baginya untuk menghadapi dua malaikat yaitu Munkar dan Nakir yang segera akan datang bertanya kepadanya dan diharapkan dengan ditalqinkan itu ia bisa menjawab dengan mantap, lancar, baik dan benar.

Para ulama mengatakan hukum talqin boleh. Imam Ibnu Taimiyah (gurunya Imam Ibnu Qoyyim) dalam kitabnya, al-Fatawa al-Kubro, bahwa Imam Ahmad telah berkata: Sesungguhnya Talqin ini, tidak mengapa (hukumnya boleh untuk dilakukan).

Ulama terkemuka dalam madzhab Syafi’i, Imam Nawawi (w. 676 H) dalam kitab fiqih monumentalnya yang diberi nama, al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab, telah berkata: Segolongan dari sahabat-sahabat kami (dari madzhab Syafi’i) telah berkata: Disunatkan mentalqinkan mayat begitu selesai dikuburkannya. (Caranya), seseorang (yang mentalqinkan itu) duduk di dekat kepala mayat dan mengucapkan: Wahai fulan".

bagaimana bacaan talqin yang benar? Berikut susunan lengkapnya dilansir dari laman NU Online:

Bacaan Talqin dan Tahlil untuk Mayit

لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ المُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ يُحْيِى وَيُمِيْتُ، وَهُوَ حَيٌّ دَائِمٌ لَا يَمُوْتُ، بِيَدِهِ الخَيْرُ يَفْعَلُ مَا يَشَاءُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ، كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ المَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُوْرَكُمْ يَوْمَ القِيَامَةِ، فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ، وَمَا الحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الغُرُوْرِ

Latin: Lā ilāha illallāhu wahdahū lā syarīka lahū, lahul mulku wa lahul hamdu yuhyī wa yumītu, wa huwa dā’imun lā yamūtu, bi yadihil khayru, yaf‘alu mā yasyā’u, wa huwa ‘alā kulli syay’in qadīrun. Kullu nafsin dzā’iqatul mawti, wa innamā tuwaffawna ujūrakum yaumal qiyāmati, fa man zuhziha anin nāri wa udkhilal jannaha fa qad fāza, wa mal hayātud duniyā illā matā‘ul ghurūri.

Artinya: Tiada Tuhan selain Allah, tiada patut ada sekututu bagiNya. Hanya Dia yang berhak menerima pujian, Diaa yang menghidupkab dan mematikan. Dia yang seantiasa Maha Hidup, tidak pernah mati. Di genggaman-Nya ada kebaikan. Dia Maha berkuasa untuk melakukan apa yang Dia kehendaki. Setiap yang bernyawa (jelas) akan merasakan kematian,dan ganjaran bagi kalian (yang bernyawa) akan diberikan di hari kiamat. Maka siapa yang dianugerahi jauh dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga maka ia (sungguh) beruntung. Dan, kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan yang semu.

 iNews.id - Bacaan talqin dan tahlil lengkap untuk mayit penting muslim ketahui dalam prosesi pemakaman. Dalam tradisi masyarakat Muslim di Indonesia, Talqin lazim dibacakan ke mayit ketika sudah selesai proses pemakaman.

Dr KH Ahmad Dimyathi Badruzzaman dalam bukunya Kupas Tuntas Masalah Talqin menjelaskan, praktik Talqin ini sudah lama berlaku (berjalan), mulai dari zaman sahabat Nabi Saw, zaman Tabi’in, Tabi’it-Tabi’in, ulama mutaqaddimin dan terus sampai kepada zaman ulama muta’akhirin, banyak orang yang meninggal yang sudah aqil baligh (dewasa) itu sudah biasa setelah dikuburkan kemudian mereka ditalqinkan.

 Talqin 

Dalam bahasa Arab, Talqin yakni Tafhim yaitu memberi pemahaman. Dalam kitab kamus, al-Munjid fi al-Lughah wa al-A’lam, karya Lois Ma’luf telah diperluas lagi, yaitu Fahhamahu iyyahu musyafahatan artinya memberi pemahaman kepadanya (kepada seseorang) dengan mulut secara berhadap-hadapan.

Secara istilah, Talqin adalah mengajarkan kalimat Tauhid “Laa ilaaha illallaahََkepada orang yang akan mati. Selain itu, mengingatkan kepada orang yang baru saja mati dan baru dikuburkan tentang beberapa hal yang dianggap penting baginya untuk menghadapi dua malaikat yaitu Munkar dan Nakir yang segera akan datang bertanya kepadanya dan diharapkan dengan ditalqinkan itu ia bisa menjawab dengan mantap, lancar, baik dan benar.


Para ulama mengatakan hukum talqin boleh. Imam Ibnu Taimiyah (gurunya Imam Ibnu Qoyyim) dalam kitabnya, al-Fatawa al-Kubro, bahwa Imam Ahmad telah berkata: Sesungguhnya Talqin ini, tidak mengapa (hukumnya boleh untuk dilakukan).

Ulama terkemuka dalam madzhab Syafi’i, Imam Nawawi (w. 676 H) dalam kitab fiqih monumentalnya yang diberi nama, al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab, telah berkata: Segolongan dari sahabat-sahabat kami (dari madzhab Syafi’i) telah berkata: Disunatkan mentalqinkan mayat begitu selesai dikuburkannya. (Caranya), seseorang (yang mentalqinkan itu) duduk di dekat kepala mayat dan mengucapkan: Wahai fulan".

Lantas, bagaimana bacaan talqin yang benar? Berikut susunan lengkapnya dilansir dari laman NU Online:

Bacaan Talqin dan Tahlil untuk Mayit

لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ المُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ يُحْيِى وَيُمِيْتُ، وَهُوَ حَيٌّ دَائِمٌ لَا يَمُوْتُ، بِيَدِهِ الخَيْرُ يَفْعَلُ مَا يَشَاءُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ، كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ المَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُوْرَكُمْ يَوْمَ القِيَامَةِ، فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ، وَمَا الحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الغُرُوْرِ

Latin: Lā ilāha illallāhu wahdahū lā syarīka lahū, lahul mulku wa lahul hamdu yuhyī wa yumītu, wa huwa dā’imun lā yamūtu, bi yadihil khayru, yaf‘alu mā yasyā’u, wa huwa ‘alā kulli syay’in qadīrun. Kullu nafsin dzā’iqatul mawti, wa innamā tuwaffawna ujūrakum yaumal qiyāmati, fa man zuhziha anin nāri wa udkhilal jannaha fa qad fāza, wa mal hayātud duniyā illā matā‘ul ghurūri.

Artinya: Tiada Tuhan selain Allah, tiada patut ada sekututu bagiNya. Hanya Dia yang berhak menerima pujian, Diaa yang menghidupkab dan mematikan. Dia yang seantiasa Maha Hidup, tidak pernah mati. Di genggaman-Nya ada kebaikan. Dia Maha berkuasa untuk melakukan apa yang Dia kehendaki. Setiap yang bernyawa (jelas) akan merasakan kematian,dan ganjaran bagi kalian (yang bernyawa) akan diberikan di hari kiamat. Maka siapa yang dianugerahi jauh dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga maka ia (sungguh) beruntung. Dan, kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan yang semu.

 الآنَ قَدْ صِرْتَ (صِرْتِ) فِي أَطْبَاقِ الثَّرَى وَبَيْنَ عَسَاكِرِ المَوْتَى، فَإِذَا جَاءَكَ (جَاءَكِ) المَلَكَانِ المُوَكَّلَانِ بِكَ (بِكِ)، وَهُمَا مُنْكَرٌ وَنَكِيْرٌ فَلَا يُفْزِعَاكَ (يُفْزِعَاكِ) وَلَا يُرْهِبَاكَ (يُرْهِبَاكِ)، فَإِنَّهُمَا خَلْقٌ مِنْ خَلْقِ اللهِ تَعَالَى عَزَّ وَجَلَّ، وَإِذَا سَأَلَاكَ (سَأَلَاكِ) “مَنْ رَبُّكَ (رَبُّكِ) ومَنْ نَبِيُّكَ (نَبِيُّكِ) وَمَا دِيْنُكَ (دِيْنُكِ) وَمَا قِبْلَتُكَ (قِبْلَتُكِ) وَمَا إِمَامُكَ (إِمَامُكِ) وَمَنْ إِخْوَانُكَ (إِخْوَانُكِ)” فَقُلْ (فَقُوْلِيْ) لَهُمَا بِلِسَانٍ فَصِيْحٍ وَاعْتِقَادٍ صَحِيْحٍ “اللهُ رَبِّي ومُحَمَّدٌ نَبِيِّى وَالإِسْلَامُ دِيْنِي وَالكَعْبَةُ قِبْلَتِي وَالقُرْآنُ إِمَامِي وَالمُسْلِمُوْنَ وَالمُؤْمِنُوْنَ إِخْوَانِي،” وَقُلْ (وَقُوْلِيْ) “رَضِيْتُ بِاللهِ رَبًّا وَبِالإِسْلَامِ دِيْنًا وَبِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَبِيًّا وَرَسُوْلًا” عَلَى ذَلِكَ حُيِّيْتَ (حُيِّيْتِ) وَعَلَى ذَلِكَ مِتَّ (مِتِّ) وَبِذَلِكَ تُبْعَثُ (تُبْعَثِيْنَ) إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ الآمِنِيْنَ

Artinya: Sekarang, engkau sudah berada di bawah tanah dan diantara pasukan orang mati. Maka saat datang kepadamu (-ki = perempuan) dua malaikat yang diutus menemuimu, mereka adalah Munkar dan Nakir, maka jangan engkau merasa kaget (-yufzi’āki = perempuan) juga takut.

Karena sesungguhnya dua malaikat itu adalah ciptaan Allah ‘azza wa jalla juga. Jika kedua malaikat bertanya kepadamu: “siapa Tuhanmu?”;  “siapa Nabimu?”; “apa agamamu?”; “kemana kiblat ibadahmu?”; “siapa imammu?”; “dan siapa saudaramu?”,

maka jawablah mereka berdua dengan lisan yang lancar lagi keyakinan yang benar: “Allah Tuhanku, Muhammad Nabiku, Ka’bah kiblat ibadahku, al-Quran imamku, dan orang muslim lagi beriman adalah saudaraku.

” Dan katakan juga, “Aku ridha Allah Tuhanku, Islam Agamaku, Muhammad Saw. Nabi dan Rasulku, berdasarkan itu semua aku dihidupkan dan atas keyakinan itu juga aku diwafatkan dan jika Allah menghendaki, karena itu pula aku kelak dibangkitkan sebagai bagian dari orang-orang yang beriman.”

 

 ثَبَّتَكَ اللهُ بِالقَوْلِ الثَّابِتِ (ثَبَّتَكِ اللهُ بِالقَوْلِ الثَّابِتِ) (3 x)

Allah kuatkan dirimu (-ki= perempuan) dengan ucapan yang tegas (kalimat tauhid)

يُثَبِّتُ اللهُ الَّذِيْنَ آمَنُوْا بِالقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ، يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ المُطْمَئِنَّةُ، ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً، فَادْخُلِى فِي عِبَادِي وَادْخُلِي جَنَّتِي

Allah kuatkan kepada orang-orang yang beriman dengan ucapan yang tegas (kalimat tauhid) tidak hanya di kehidupan dunia dan akhirat. Wahai jiwa-jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhan-Mu dengan kondisi ridha dan Tuhan pun ridhai, bergabunglah bersama para hamba-Ku, di dalam surga-Ku.

Bacaan Talqin Mayit Selanjutnya

Pengantar Al-Fatihah.

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. اِلَى حَضْرَةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ وَاَلِهِ وصَحْبِهِ شَيْءٌ لِلهِ لَهُمُ الْفَاتِحَةُ

“Dengan nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang. Untuk yang terhormat Nabi Muhammad SAW, segenap keluarga, dan para sahabatnya. Bacaan Al-Fatihah ini kami tujukan kepada Allah dan pahalanya untuk mereka semua. Al-Fatihah…”

Al-Fatihah.

اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. اَلْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. اَلرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ. اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ. اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الَّمُسْتَقِيْمَ. صِرَاطَ الَّذِ يْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّيْنَ. اَمِينْ

 “Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terlontar. Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Yang maha pengasih lagi maha penyayang.

Yang menguasai hari pembalasan. Hanya kepada-Mu kami menyembah. Hanya kepada-Mu pula kami memohon pertolongan. Tunjukkanlah kami ke jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang telah Kauanugerahi nikmat kepada mereka, bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat. Semoga Kaukabulkan permohonan kami.”

Membaca surah Surat Al-Ikhlas (3 kali).

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. قُلْ هُوَ اللهُ اَحَدٌ. اَللهُ الصَّمَدُ. لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ. وَلَمْ يَكٌنْ لَهُ كُفُوًا اَحَدٌ

“Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang. Katakanlah, ‘Dialah yang maha esa. Allah adalah tuhan tempat bergantung oleh segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan-Nya.’” (3 kali).

Tahlil dan takbir

لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ

Artinya: “Tiada tuhan yang layak disembah kecuali Allah. Allah maha besar.”

Surat Al-Falaq

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ. مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ. وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ اِذَا وَقَبَ. وَمِنْ شَرِّ النَّفَاثاتِ فِى الْعُقَدِ. وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ اِذَا حَسَدَ

 “Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang. Katakanlah, ‘Aku berlindung kepada tuhan yang menguasai waktu subuh dari kejahatan makhluk-Nya. Dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita.

Dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang mengembus nafasnya pada buhul-buhul. Dan dari kejahatan orang-orang yang dengki apabila ia mendengki.’”

Tahlil dan takbir

لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ

“Tiada tuhan yang layak disembah kecuali Allah. Allah maha besar.”

Surat An-Nas

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. قُلْ اَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ. مَلِكِ النَّاسِ. اِلَهِ النَّاسِ. مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ. الَّذِى يُوَسْوِسُ فِى صُدُوْرِ النَّاسِ. مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ

“Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang. Katakanlah, ‘Aku berlindung kepada tuhan manusia, raja manusia. Sesembahan manusia, dari kejahatan bisikan setan yang biasa bersembunyi. Yang membisikkan kejahatan ke dalam dada manusia. Dari setan dan manusia.”


لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ

“Tiada tuhan yang layak disembah kecuali Allah. Allah Maha Besar.”

Surat Al-Fatihah.

اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. اَلْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. اَلرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ. اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ. اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الَّمُسْتَقِيْمَ. صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّيْنَ. اَمِينْ

 “Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terlontar. Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Yang maha pengasih lagi maha penyayang. Yang menguasai hari pembalasan. Hanya kepada-Mu kami menyembah. Hanya kepada-Mu pula kami memohon pertolongan.

Tunjukkanlah kami ke jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang telah Kauanugerahi nikmat kepada mereka, bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat. Semoga Kaukabulkan permohonan kami.”  

Awal Surat Al-Baqarah.

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. المّ. ذَلِكَ الكِتابُ لاَرَيْبَ فِيْهِ هُدَى لِلْمُتَّقِيْنَ. الَّذِيْنَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيْمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ. وَالَّذِيْنَ يُؤْمِنُونَ بِمَا اُنْزِلَ اِلَيْكَ وَمَا اُنْزِلَ مِن قَبْلِكَ وَبِالْاَخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ. اُولَئِكَ عَلَى هُدًى مِّن رَّبِّهِمْ، وَاُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُون.

Artinya, “Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang. Alif lam mim. Demikian itu kitab ini tidak ada keraguan padanya. Sebagai petunjuk bagi mereka yang bertakwa. Yaitu mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang kami anugerahkan kepada mereka.

Dan mereka yang beriman kepada kitab Al-Qur’an yang telah diturunkan kepadamu (Muhammad SAW) dan kitab-kitab yang telah diturunkan sebelumnya, serta mereka yakin akan adanya kehidupan akhirat. Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari tuhannya. Merekalah orang orang yang beruntung.”

Surat Al-Baqarah ayat 163.

وَاِلَهُكُمْ اِلَهٌ وَّاحِدٌ لاَ اِلَهَ اِلاَّ هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ

“Dan Tuhan kalian adalah Tuhan yang maha esa. Tiada tuhan yang layak disembah kecuali Dia yang maha pengasih lagi maha penyayang.”

Ayat Kursi (Surat Al-Baqarah ayat 255)

اللهُ لاَ اِلَهَ اِلاَّ هُوَ الْحَىُّ الْقَيُّومُ، لاَ تَاْ خُذُهُ سِنَةٌ وَلاَ نَوْمٌ، لَّهُ مَا فِى السَّمَوَاتِ وَمَا فِى الْاَرْضِ، مَنْ ذَا الَّذِى يَشْفَعُ عِنْدَهُ اِلاَّ بِاِذْنِهِ، يَعْلَمُ مَا بَينَ اَيْدِيْهِمِ وَمَا خَلْفَهُمْ، وَلاَ يُحْيِطُونَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهِ اِلاَّ بِمَا شَاءَ، وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَوَاتِ وَالْاَرْضَ، وَلاَ يَئُودُهُ حِفْظُهُمُا، وَهُوَ الْعَلِىُّ الْعَظِيْمُ .

“Allah, tiada yang layak disembah kecuali Dia yang hidup kekal lagi berdiri sendiri. Tidak mengantuk dan tidak tidur. Milik-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberikan syafa’at di sisi-Nya kecuali dengan izin-Nya.

Dia mengetahui apa yang ada di hadapan dan di belakang mereka. Mereka tidak mengetahui sesuatu dari ilmu-Nya kecuali apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dia tidak merasa berat menjaga keduanya. Dia maha tinggi lagi maha agung.”

Surat Al-Baqarah ayat 284-286.

لِلَّهِ مَا فِى السَّمَوَاتِ وَمَا فِى الْاَرْضِ. وَاِنْ تُبْدُوْا مَا فِى اَنْفُسِكُمْ اَوْ تَخْفُوْهُ يُحَاسِبْكُمْ بِهِ اللهُ. فَيَغْفِرُ لَمِنْ يَّشَاءُ وَيُعْذِّبُ مَنْ يَّشَاءُ. وَاللهُ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيْرٌ. اَمَنَ الرَّسُوْلُ بِمَا اُنْزِلَ اِلَيْهِ مِنْ رَّبِّهِ وَالْمُؤْمِنُوْنَ. كُلٌّ اَمَنَ بِاللهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ. لَانًفَرِّقُ بَيْنَ اَحَدٍ مِّنْ رُّسُلِهِ. وَقَالُوْا سَمِعْنَا وَاَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَاِلَيْكَ الْمَصِيْرُ. لَا يُكَلِّفُ اللهُ نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَا. لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكَتْسَبَتْ. رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا اِنْ نَسِيْنَا اَوْ اَخْطَاْنَا. رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا اِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا. رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ. وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا اَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ

 “Hanya milik Allah segala yang ada di langit dan yang ada di bumi. Jika kamu menyatakan atau merahasiakan apa saja yang di hatimu, maka kamu dengan itu semua tetap akan diperhitungkan oleh Allah. Dia akan mengampuni dan menyiksa orang yang dikehendaki. Allah maha kuasa atas segala sesuatu.

Rasulullah dan orang-orang yang beriman mempercayai apa saja yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya. Semuanya beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan kepada para utusan-Nya. ‘Kami tidak membeda-bedakan seorang rasul dari lainnya.’ Mereka berkata, ‘Kami mendengar dan kami menaati. Ampunan-Mu, wahai Tuhan kami, yang kami harapkan. Hanya kepada-Mu tempat kembali.’

Allah tidak membebani seseorang kecuali dengan kemampuannya. Ia mendapat balasan atas apa yang dia perbuat dan siksaan dari apa yang dia lakukan. ‘Tuhan kami, janganlah Kau siksa kami jika kami terlupa atau salah. Tuhan kami, jangan Kau tanggungkan pada kami dengan beban berat sebagaimana Kaubebankan kaum sebelum kami.

Jangan pula Kaubebankan pada kami sesuatu yang kami tidak mampu. Ampunilah kami. Kasihanilah kami. Kau pemimpin kami. Tolonglah kami menghadapi golongan kafir,” (Surat Al-Baqarah ayat 284-286).


Surat Hud: 73.

ارْحَمْنَا، يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ *3




Surat Hud: 73.

ارْحَمْنَا، يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ *3

 “Kasihani kami, wahai Tuhan yang maha kasih.” (3 kali).

رَحْمَتُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ عَلَيْكُمْ اَهْلَ الْبَيْتِ اِنَّهُ حَمِيْدٌ مَّجِيْدٌ

Artinya, “Dan rahmat Allah serta berkah-Nya (kami harapkan) melimpah di atas kamu sekalian wahai ahlul bait. Sungguh Dia maha terpuji lagi maha pemurah,”

Surat Al-Ahzab: 33.

اِنَّمَا يُرِدُ اللهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ اَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيْرًا

 “Sungguh Allah berkehendak menghilangkan segala kotoran padamu, wahai ahlul bait, dan menyucikanmu sebersih-bersihnya,” (Surat Al-Ahzab ayat 33).

Surat Al-Ahzab: 56.

اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيْمًا

“Sungguh Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bacalah shalawat untuknya dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”

Shalawat Nabi.

اَلَّلهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا ومَوْلَانَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، عَدَدَ مَعْلُوْمَاتِكَ وَمِدَادَ كَلِمَاتِكَ كُلَّمَا ذَكَرَكَ الذَّاكِرُوْنَ وَغَفَلَ عَنْ ذِكْرِكَ الْغَافِلُوْنَ .وَسَلِّمْ وَرَضِيَ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى عَنْ سَادَاتِنَا اَصْحَابِ سَيِّدِنَا رَسُوْلِ اللهِ اَجْمَعِيْنَ .

“Ya Allah, tambahkanlah rahmat dan kesejahteraan untuk pemimpin dan tuan kami Nabi Muhammad SAW, serta keluarganya, sebanyak pengetahuan-Mu dan sebanyak tinta kalimat-kalimat-Mu pada saat zikir orang-orang yang ingat dan pada saat lengah orang-orang yang lalai berzikir kepada-Mu.

Semoga Allah yang maha suci dan tinggi meridhai para pemimpin kami, yaitu para sahabat Rasulullah, tanpa kecuali.”

Surat Ali Imran [3]: 173 dan Surat Al-Anfal ayat 40

حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ. نِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيْرُ

Artinya, “Cukup Allah bagi kami. Dia sebaik-baik wakil. (Surat Ali Imran ayat 173). Dia sebaik-baik pemimpin dan penolong,” (Surat Al-Anfal ayat 40).

Hauqalah
وَلَاحَوْلَ وَلَا قُوَّةَ اِلَّا بِاللهِ العَلِيِّ الْعَظِيْمِ

Artinya, “Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah yang maha tinggi dan agung.”

Istighfar
اَسْتَغْفِرُاللهَ الْعَظِيْمَ *3 الَّذِيْ لَا اِلَهَ اِلَّا هُوَ الحَيُّ القَيُّوْمُ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ

Artinya, “Saya mohon ampun kepada Allah yang maha agung.” (3 kali). (Allah) yang tiada tuhan selain Dia yang maha hidup, lagi terjaga. Aku bertobat kepada-Nya.”

اَفْضَلُ الذِّكْرِ فَاعْلَمْ اَنَّهُ لَااِلَهَ اِلَّا اللهُ، حَيٌّ مَوْجُوْدٌ

“Sebaik-baik zikir–ketahuilah–adalah lafal ‘La ilāha illallāh’, tiada tuhan selain Allah, zat yang Hidup dan Mawjud.”

لَااِلَهَ اِلَّا اللهُ، حَيٌّ مَعْبُوْدٌ

 “Tiada tuhan selain Allah, zat yang hidup dan disembah.”

لَااِلَهَ اِلَّا اللهُ، حَىٌّ بَاقٍ الَّذِيْ لَا يَمُوْتُ

 “Tiada tuhan selain Allah, zat kekal yang takkan mati.”

Tahlil 100 kali

لَااِلَهَ اِلَّا اللهُ

“Tiada tuhan selain Allah.” (100 kali).


Dua kalimat syahadat

لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ مُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ


Dua kalimat syahadat

لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ مُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

 “Tiada tuhan selain Allah. Nabi Muhammad SAW utusan-Nya.”

Shalawat Nabi.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ

“Tuhanku, limpahkanlah rahmat kepada Nabi Muhammad. Tuhanku, limpahkanlah rahmat dan kesejahteraan kepadanya.” (3 kali).

Tasbih

سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ، سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ (33 kali dan 10 kali) سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ، سُبْحَانَ اللهِ الْعَظِيْمِ وَبِحَمْدِهِ

 “Maha suci Allah dan dengan memuji-Nya. Maha suci Allah dan dengan memuji-Nya. (33 atau 10 kali). Maha suci Allah dan dengan memuji-Nya. Maha suci Allah yang maha agung dan dengan memuji-Nya.

Shalawat Nabi

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى حَبِيْبِكَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ x3 اَجْمَعِيْنَ.

 “Ya Allah, tambahkanlah rahmat dan kesejahteraan untuk kekasih-Mu, yaitu pemimpin kami, Nabi Muhammad, keluarga, dan para sahabatnya semua. (3 kali).

Membaca Al-Fatihah
Membaca Kalimat
“كَلِمَةُ حَقٍّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوْتُ وَبِهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ الآمِنِيْنَ بِرَحْمَةِ اللهِ وَكَرَمِهِ، اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيْمًا. اَلْفَاتِحَةْ

“Kalimat hak. Di atas kalimat itu kami hidup. Di atasnya pula kami mati. Dengannya pula kami dibangkitkan yang insya Allah termasuk orang yang aman berkat rahmat dan kemurahan Allah. Sungguh, Allah dan malaikatnya melimpahkan shalawat (rahmat) kepada nabi. Wahai orang yang beriman, shalawatlah kepadanya dan doakan kesejahteraan yang terbaik untuknya.”  Kemudian membaca Surat Al-Fatihah.











Jumat, 26 April 2024

Nishab dan kadar zakat emas, perak dan uang

Nishab dan kadar zakat emas, perak dan uang

  • Nishab emas 20 dinar, 1 dinar = 4,25 gram, maka nishab emas adalah 20 X 4,25 gram = 85 gram.
  • Nishab Perak adalah 200 dirham, 1 dirham = 2,975 gram, maka nishab perak adalah 200 X 2,975 gram = 595 gram.
  • Demikian juga macam jenis harta yang merupakan harta simpanan dan dapat dikategorikan dalam emas dan perak, seperti uang tunai, tabungan, cek, saham, surat berharga ataupun bentuk lainnya. Maka nishab dan zakatnya sama dengan ketentuan emas dan perak. Artinya jika seseorang memiliki bermacam-macam bentuk harta dan jumlah akumulasinya lebih besar atau sama dengan nishab (85 gram emas) maka ia telah terkena kewajiban zakat (2.5%).

UMKM

UMKM

Sebenarnya, Apa itu UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah)? 

Pengertian UMKM adalah usaha produktif yang dimiliki perorangan maupun badan usaha yang telah memenuhi kriteria sebagai usaha mikro.

Seperti diatur dalam peraturan perundang-undangan No. 20 tahun 2008, sesuai pengertian UMKM tersebut maka kriteria UMKM dibedakan secara masing-masing meliputi usaha mikro, usaha kecil, dan usaha menengah. Lebih dalam tentang UMKM akan dibahas secara lengkap pada artikel ini.

 

Kriteria UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah)

Untuk mengetahui jenis usaha apa yang sedang dijalankan perlu memperhatikan kriteria-kriterianya terlebih dahulu. Hal ini penitng digunakan untuk pengurusan surat ijin usaha kedepannya dan juga menentukan besaran pajak yang akan dibebankan kepada pemilik UMKM.

Berikut masih-masing pengertian UMKM dan kriterianya:

1. Usaha Mikro

Pengertian usaha mikro diartikan sebagai usaha ekonomi produktif yang dimiliki perorangan maupun badan usaha sesuai dengan kriteria usaha mikro.

Usaha yang termasuk kriteria usaha mikro adalah usaha yang memiliki kekayaan bersih mencapai Rp 50.000.000,- dan tidak termasuk bangunan dan tanah tempat usaha. Hasil penjualan usaha mikro setiap tahunnnya paling banyak Rp 300.000.000,-

2. Usaha Kecil

Usaha kecil merupakan suatu usaha ekonomi produktif yang independen atau berdiri sendiri baik yang dimiliki perorangan atau kelompok dan bukan sebagai badan usaha cabang dari perusahaan utama. Dikuasai dan dimiliki serta menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah.

Usaha yang masuk kriteria usaha kecil adalah usaha yang memiliki kekayaan bersih Rp 50.000.000,- dengan maksimal yang dibutuhkannya mencapai Rp 500.000.000,-. Hasil penjualan bisnis setiap tahunnya antara Rp 300.000.000,- sampai paling banyak Rp 2,5.000.000.000,-.

  

3. Usaha Menengah

Pengertian usaha menengah adalah usaha dalam ekonomi produktif dan bukan merupakan cabang atau anak usaha dari perusahaan pusat serta menjadi bagian secara langsung maupun tak langsung terhadap usaha kecil atau usaha besar dengan total kekayan bersihnya sesuai yang sudah diatur dengan peraturan perundang-undangan.

Usaha menengah sering dikategorikan sebagai bisnis besar dengan kriteria kekayaan bersih yang dimiliki pemilik usaha mencapai lebih dari Rp500.000.000,- hingga Rp10.000.000.000,- dan tidak termasuk bangunan dan tanah tempat usaha. Hasil penjualan tahunannya mencapai Rp2,5 .000.000,- milyar sampai Rp50.000.000.000,-.

  

Klasifikasi UKM (Usaha Kecil Menengah)

Berdasarkan perkembangannya, UKM di Indonesia dapat dibedakan dalam 4 kriteria, diantaranya:

  1. Livelihood Activities, yaitu UKM yang dimanfaatkan sebagai kesempatan kerja untuk mencari nafkah, yang lebih umum dikenal sebagai sektor informal. Misalnya adalah pedagang kaki lima.
  2. Micro Enterprise, yaitu UKM yang punya sifat pengrajin namun belum punya sifat kewirausahaan.
  3. Small Dynamic Enterprise, yaitu UKM yang telah memiliki jiwa entrepreneurship dan mampu menerima pekerjaan subkontrak dan ekspor
  4. Fast Moving Enterprise, yaitu UKM yang punya jiwa kewirausahaan dan akan bertransformasi menjadi sebuah Usaha Besar (UB).

Ciri-Ciri UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah)

  • Jenis komoditi/ barang yang ada pada usahanya tidak tetap, atau bisa berganti sewaktu-waktu
  • Tempat menjalankan usahanya bisa berpindah sewaktu-waktu
  • Usahanya belum menerapkan administrasi, bahkan keuangan pribadi dan keuangan usaha masih disatukan
  • Sumber daya manusia (SDM) di dalamnya belum punya jiwa wirausaha yang mumpuni
  • Biasanya tingkat pendidikan SDM nya masih rendah
  • Biasanya pelaku UMKM belum memiliki akses perbankan, namun sebagian telah memiliki akses ke lembaga keuangan non bank
  • Pada umumnya belum punya surat ijin usaha atau legalitas, termasuk NPWP

Jenis-Jenis UMKM

Seperti yang dijelaskan pada pengertian UMKM yang tertuang dalam Keppres RI No. 19 Tahun 1998 sebagai kegiatan ekonomi rakyat pada skala kecil yang perlu dilindungi dan dicegah dari persaingan yang tidak sehat.

Pada dekade terakhir ini mulai marak bermunculan bisnis UMKM mulai dari skala rumahan hingga skala yang lebih besar. Berikut ada 3 jenis usaha yang termasuk UMKM:

1. Usaha Kuliner

Salah satu bisnis UMKM yang paling banyak digandrungi bahkan

 (024)6590955

UMKM

Pengertian UMKM Menurut Undang-Undang, Kriteria, dan Ciri-Ciri UMKM

 

Sebenarnya, Apa itu UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah)? Pengertian UMKM adalah usaha produktif yang dimiliki perorangan maupun badan usaha yang telah memenuhi kriteria sebagai usaha mikro.

Seperti diatur dalam peraturan perundang-undangan No. 20 tahun 2008, sesuai pengertian UMKM tersebut maka kriteria UMKM dibedakan secara masing-masing meliputi usaha mikro, usaha kecil, dan usaha menengah. Lebih dalam tentang UMKM akan dibahas secara lengkap pada artikel ini.

 

Kriteria UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah)

Untuk mengetahui jenis usaha apa yang sedang dijalankan perlu memperhatikan kriteria-kriterianya terlebih dahulu. Hal ini penitng digunakan untuk pengurusan surat ijin usaha kedepannya dan juga menentukan besaran pajak yang akan dibebankan kepada pemilik UMKM.

Berikut masih-masing pengertian UMKM dan kriterianya:

1. Usaha Mikro

Pengertian usaha mikro diartikan sebagai usaha ekonomi produktif yang dimiliki perorangan maupun badan usaha sesuai dengan kriteria usaha mikro.

Usaha yang termasuk kriteria usaha mikro adalah usaha yang memiliki kekayaan bersih mencapai Rp 50.000.000,- dan tidak termasuk bangunan dan tanah tempat usaha. Hasil penjualan usaha mikro setiap tahunnnya paling banyak Rp 300.000.000,-

2. Usaha Kecil

Usaha kecil merupakan suatu usaha ekonomi produktif yang independen atau berdiri sendiri baik yang dimiliki perorangan atau kelompok dan bukan sebagai badan usaha cabang dari perusahaan utama. Dikuasai dan dimiliki serta menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah.

Usaha yang masuk kriteria usaha kecil adalah usaha yang memiliki kekayaan bersih Rp 50.000.000,- dengan maksimal yang dibutuhkannya mencapai Rp 500.000.000,-. Hasil penjualan bisnis setiap tahunnya antara Rp 300.000.000,- sampai paling banyak Rp 2,5.000.000.000,-.

  

3. Usaha Menengah

Pengertian usaha menengah adalah usaha dalam ekonomi produktif dan bukan merupakan cabang atau anak usaha dari perusahaan pusat serta menjadi bagian secara langsung maupun tak langsung terhadap usaha kecil atau usaha besar dengan total kekayan bersihnya sesuai yang sudah diatur dengan peraturan perundang-undangan.

Usaha menengah sering dikategorikan sebagai bisnis besar dengan kriteria kekayaan bersih yang dimiliki pemilik usaha mencapai lebih dari Rp500.000.000,- hingga Rp10.000.000.000,- dan tidak termasuk bangunan dan tanah tempat usaha. Hasil penjualan tahunannya mencapai Rp2,5 .000.000,- milyar sampai Rp50.000.000.000,-.

  

Klasifikasi UKM (Usaha Kecil Menengah)

Berdasarkan perkembangannya, UKM di Indonesia dapat dibedakan dalam 4 kriteria, diantaranya:

  1. Livelihood Activities, yaitu UKM yang dimanfaatkan sebagai kesempatan kerja untuk mencari nafkah, yang lebih umum dikenal sebagai sektor informal. Misalnya adalah pedagang kaki lima.
  2. Micro Enterprise, yaitu UKM yang punya sifat pengrajin namun belum punya sifat kewirausahaan.
  3. Small Dynamic Enterprise, yaitu UKM yang telah memiliki jiwa entrepreneurship dan mampu menerima pekerjaan subkontrak dan ekspor
  4. Fast Moving Enterprise, yaitu UKM yang punya jiwa kewirausahaan dan akan bertransformasi menjadi sebuah Usaha Besar (UB).

Ciri-Ciri UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah)

  • Jenis komoditi/ barang yang ada pada usahanya tidak tetap, atau bisa berganti sewaktu-waktu
  • Tempat menjalankan usahanya bisa berpindah sewaktu-waktu
  • Usahanya belum menerapkan administrasi, bahkan keuangan pribadi dan keuangan usaha masih disatukan
  • Sumber daya manusia (SDM) di dalamnya belum punya jiwa wirausaha yang mumpuni
  • Biasanya tingkat pendidikan SDM nya masih rendah
  • Biasanya pelaku UMKM belum memiliki akses perbankan, namun sebagian telah memiliki akses ke lembaga keuangan non bank
  • Pada umumnya belum punya surat ijin usaha atau legalitas, termasuk NPWP

Jenis-Jenis UMKM

Seperti yang dijelaskan pada pengertian UMKM yang tertuang dalam Keppres RI No. 19 Tahun 1998 sebagai kegiatan ekonomi rakyat pada skala kecil yang perlu dilindungi dan dicegah dari persaingan yang tidak sehat.

Pada dekade terakhir ini mulai marak bermunculan bisnis UMKM mulai dari skala rumahan hingga skala yang lebih besar. Berikut ada 3 jenis usaha yang termasuk UMKM:

1. Usaha Kuliner

Salah satu bisnis UMKM yang paling banyak digandrungi bahkan hingga kalangan muda sekalipun. Berbekal inovasi dalam bidang makanan dan modal yang tidak terlalu besar, bisnis ini terbilang cukup menjanjikan mengingat setiap hari semua orang membutuhkan makanan.

2. Usaha Fashion

Selain makanan, UMKM di bidang fashion ini juga sedang diminati. Setiap tahun mode tren fashion baru selalu hadir yang tentunya meningkatkan pendapatan pelaku bisnis fashion.

3. Usaha Agribisnis

Siapa bilang usaha agribisnis di bidang pertanian harus bermodalkan tanah yang luas. Anda bisa memanfaatkan perkarangan rumah yang disulap menjadi lahan agrobisnis yang menguntungkan.




Rabu, 24 April 2024

Dzikir Al-ma’surat “Subhanallahi wa bihamdihi ‘adada khalqihi, wa ridhaka nafsihi,wa ziinata ‘Arsyihi, wa midada kalimatihi’ “

Dzikir Al-ma’surat 
“Subhanallahi wa bihamdihi ‘adada khalqihi, wa ridhaka nafsihi,
wa ziinata ‘Arsyihi, wa midada kalimatihi’ 

(Maha Suci Allah dan segala puji bagi-Nya sebanyak hitungan ciptaan-Nya dan keridhaan-Nya seberat  ‘arsy-Nya, 
dan sebanyak  kalimat-Nya 3x )
AlHadits Asy-Syarief,

“Dari Juwairiyah (Ummul Mukminin Radhiyallahu`anha), Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam keluar dari sisinya pagi-pagi untuk shalat shubuh di masjid. Beliau kembali (ke kamar Juwairiyah) pada waktu dhuha, sementara ia masih duduk di tempatnya tadi. 
Lalu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bertanya, “Engkau masih duduk sebagaimana ketika aku tinggalkan tadi?” Juwairiyah menjawab, “Ya.” Maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, “Sungguh, aku telah menyebutkan  empat kata sebanyak tiga kali, yang seandainya empat kata itu ditimbang dengan apa saja yang engkau baca sejak tadi tentu akan menyamainya, (empat kata itu) yakni:  “Subhanallahi wa bihamdihi ‘adada khalqihi, wa ridhaka nafsihi, wa ziinata ‘Arsyihi, wa midada kalimatihi’ “
(HR Muslim)

Hadits ini berisikan percakapan  Rasulullah  Shallallahu 'alaihi wasallam bersama salah satu istri beliau yaitu ibunda Juwairiyah. 

Diceritakan pada saat itu Rasulullah sedang bermalam di rumah istrinya Juwairiyah, kemudian saat memasuki waktu Subuh, Rasul berangkat ke masjid dan melihat Juwairiyah  sudah siap duduk menunggu  solat subuh dikamarnya. 

Masuk waktu dhuha, Rasul pun kembali ke kamar beliau dan didapatinya Juwairiyah masih duduk dengan posisi yang sama seperti di subuh tadi sambil melakukan ibadah-ibadah lain seperti membaca Quran,dll.

Akhirnya Rasulullah pun menegur dengan mengingatkan keistimewaan dari 4 kata di dalam doa tersebut. Pahala yang didapat dengan membaca 4 kata sebanyak 3x itu sama beratnya dengan ibadah yang dilakukan Juwairiyah dalam beberapa menit/jam di tempat duduknya.  Setelah itu,  Juwairiyah pun tidak melakukannya lagi.

Pesan Rasulullah : Rasulullah mengetahui bahwa seorang wanita/Ibu/Ummahat pastinya memiliki tugas di pagi hari yaitu menyiapkan keperluan suami untuk bekerja, menyiapkan keperluan anak-anak untuk sekolah, menyiapkan sarapan, dan berbagai aktifitas rumah sehari-hari. Maka dengan  inilah Rasul mengingatkan, bahwa dalam 4 kata doa Al-Ma’surat itu pun dibuat begitu istimewa untuk mereka dengan ganjaran pahala yang luar biasa,yaitu sama dengan ibadah-ibadah yang dilakukan ketika duduk hingga waktu dhuha. Sehingga waktu mereka bisa digunakan seoptimal mungkin untuk melakukan tugas lainnya.

penjelasan   4 kata tersebut dimulai dari kata ‘adada khalqihi karena kata Subhanallahi wa bihamdihi merupakan kata pembuka saja. 

4 kata tersebut menerangkan pahala-pahala yang bisa kita dapatkat jika istiqomah membaca doa ini.    
Rincian 4 kata :
1. ‘adada khalqihi (Sejumlah makhluk yang Allah ciptakan)
 kita yakini bahwa semua makhluk adalah ciptaan Allah dan kita yakin bahwa setiap makhluk yang Allah ciptakan pun beribadah pada-Nya. 
“Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.”  (Qs. Al Isro’:44)

Allah menciptakan makhluknya menjadi 5 golongan:
Insani --- Manusia
Ruhani --- makhluk seperti malaikat, syaitan, dll (gaib)
Nabati --- tumbuh-tumbuhan
Hayawani --- semua binatang
Jamadi --- planet-planet

“Tidaklah kamu tahu bahwasanya Allah: kepada-Nya bertasbih apa yang di langit dan di bumi dan (juga) burung dengan mengembangkan sayapnya. Masing-masing telah mengetahui (cara) sembahyang dan tasbihnya, dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.” (Qs. An-Nur:41)

2.      wa ridhaka nafsihi (Serela diri-Nya)
Allah akan selalu rela memberikan yang terbaik buat hamba-Nya yang senantiasa membaca kata ini.
Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi).
(Qs. Az-Zumar:53-54)

3.      wa ziinata ‘Arsyihi (Seberat Arasy-Nya)
Arasy --- ibarat singasana / pelaminan
Hendaknya manusia senantiasa patuh dan memuliakan Allah, jika diibaratkan menurut bahasa kita seperti saat kita menghormati pasangan pengantin yang berada di pelaminannya saat kita mendatangi sebuah undangan pernikahan. Maka Allah pun jauh lebih mulia dan berada di singasananya yaitu arasy.

 “(yaitu) Yang Maha Pengasih, yang bersemayam di atas 'Arsy.”  (Qs. Thoha:5 )

 3 hal tentang hakikat ‘Arsy :
1.      Hanya Allah yang Maha Tahu tentang hakikatnya
2.      Hanya Allah yang Maha Tahu keberadaannya
3.      Hanya Allah yang Maha Tahu bersemayamnya  
“Maha Tinggi Allah, Raja Yang Sebenarnya. Tidak ada Tuhan melainkan Dia. Tuhan bagi 'Arsy yang mulia.”  (Qs Al Mukminun:116)
*bagi yang masih bingung tentang ‘arsy, yuk masing2 diri mencari lagi penjelasan detilnya, atau tanyakan pada guru ngajimu agar keyakinan kita pada kekuasaan Allah makin bertambah :)


4.      wa midada kalimatihi’ (Sebanyak tinta (bagi) kalimat-Nya)
MasyaAllah… berkah dan rahmat yang bisa kita dapatkan yaitu sebanyak kalimat Allah yang pastinya tak akan habis jika dituliskan.
“Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)"(Qs. Al-Kahfi:109 )


Hikmah :
Pahala ketika membaca doa ini, terlebih lagi bisa istiqomah pagi petang setiap hari yaitu mendapatkan pahala yang bisa sebanyak makhluk Allah, kemudian Allah akan jauh lebih rela kepada diri kita, pahalanya pun juga bisa seberat ‘Arsy Allah, yang terakhir berkah dan rahmat Allah sebanyak kalimat Allah yang tak bisa habis jika ditulis.


Begitulah ringkasan 4 kata istimewa yang terdapat dalam salah satu doa Al-Ma’surat yang mungkin selama ini kita sudah rutinkan namun belum mengetahui rincian/ penjelasan dibalik doa tersebut yang ternyata memiliki berbagai hal yang luar biasa. Jadi, tidak ada kata “MALAS” lagi untuk merutinkan membaca dzikir doa Alma’surat. Semoga Allah senantiasa memberkahi niat dan amalan ibadah-ibadah kita. Aamiin…
Wallahu a’lam Bishowab.













Selasa, 23 April 2024

MEMAKMURKAN MESJID

MEMAKMURKAN  MESJID

Surah At-Taubah Ayat 18
اِنَّمَا يَعْمُرُ مَسٰجِدَ اللّٰهِ مَنْ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَاَقَامَ الصَّلٰوةَ وَاٰتَى الزَّكٰوةَ وَلَمْ يَخْشَ اِلَّا اللّٰهَ ۗفَعَسٰٓى اُولٰۤىِٕكَ اَنْ يَّكُوْنُوْا مِنَ الْمُهْتَدِيْنَ ١٨
Innamaa ya‘muru masaajidallaahi man aamana billaahi wal-yaumil-aakhiri wa aqaama¡-¡al±ta wa ±taz-zak±ta wa lam yakhsya illall±h(a), fa ‘as± ul±'ika ay yakµnµ minal-muhtad³n(a).
Sesungguhnya yang (pantas) memakmurkan masjid-masjid Allah hanyalah orang yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, mendirikan salat, menunaikan zakat, serta tidak takut (kepada siapa pun) selain Allah. Mereka itulah yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.

Tafsir
Inilah kriteria mereka yang berhak memakmurkan masjid. Sesungguhnya yang paling berhak memakmurkan masjid Allah hanyalah orangorang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap atau senantiasa melaksanakan salat, menunaikan zakat jika mampu dan tidak takut kepada siapa pun kecuali kepada Allah, maka mudah-mudahan mereka termasuk orang-orang yang bisa diharapkan untuk selalu mendapat petunjuk ke jalan yang benar.

Minggu, 21 April 2024

Kematian adalah Keniscayaan CARA BERBAKTI KEPADA ORANGTUA YANG TELAH WAFAT

Kematian adalah Keniscayaan

7 CARA BERBAKTI KEPADA ORANGTUA YANG TELAH WAFAT

1. Mendoakan dan memohonkan ampunan untuk keduanya.

Rasulullah bersabda:

إِنَّ الرَّجُلَ لَتُرْفَعُ دَرَجَتُهُ فِي الْجَنَّةِ فَيَقُولُ أَنَّى لِيْ هَذَا فَيُقَالُ بِاسْتِغْفَارِ وَلَدِكَ لَكَ

Sesungguhnya ada seseorang yang diangkat kedudukannya di Surga kelak. Ia pun bertanya, “Bagaimana hal ini?” Maka dijawab: “ini Karena permo honan ampunan anakmu untukmu. (HR. Ibnu Majah)

2. Melunasi hutang orang tua, menunaikan nadzarnya dan menjalankan wasiatnya.

Al Bahuti mengatakan:

ويجب أن يسارع في قضاء دينه، وما فيه إبراء ذمته؛ من إخراج كفارة، وحج نذر، وغير ذلك

“Wajib menyegerakan pelunasan hutang mayit, dan semua yang terkait pembebasan tanggungan si mayit, seperti membayar kafarah, haji, nadzar dan yang lainnya”
(Imam al-Bahuti, Kasyful Qana, vol. 2 hal. 84)

3. Bershodaqah atas nama kedua orang tua, termasuk wakaf dan Amal jariyah.

Dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma, bahwa ibunya Sa’d bin Ubadah meninggal dunia, ketika Sa’d tidak ada di rumah. Sa’d berkata,

يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ أُمِّي تُوُفِّيَتْ وَأَنَا غَائِبٌ عَنْهَا، أَيَنْفَعُهَا شَيْءٌ إِنْ تَصَدَّقْتُ بِهِ عَنْهَا؟ قَالَ: نَعَمْ

“Wahai Rasulullah, ibuku meninggal dan ketika itu aku tidak hadir. Apakah dia mendapat aliran pahala jika aku bersedekah harta atas nama beliau?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Ya.”
(HR. al-Bukhari)

4. Menghajikan orang tua dengan syarat si anak harus haji terlebih dahulu.

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- سَمِعَ رَجُلاً يَقُولُ لَبَّيْكَ عَنْ شُبْرُمَةَ. قَالَ « مَنْ شُبْرُمَةَ ». قَالَ أَخٌ لِى أَوْ قَرِيبٌ لِى. قَالَ « حَجَجْتَ عَنْ نَفْسِكَ ». قَالَ لاَ. قَالَ « حُجَّ عَنْ نَفْسِكَ ثُمَّ حُجَّ عَنْ شُبْرُمَةَ »

Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mendengar seseorang mengucapkan, “Labbaik ‘an Syubrumah (aku memenuhi panggilan-Mu, Ya Allah, atas nama Syubrumah.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas berkata, “Memangnya siapa Syubrumah?” Ia menjawab, “Syubrumah adalah saudaraku atau kerabatku.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bertanya, “Engkau sudah berhaji untuk dirimu?” Ia menjawab, “Belum.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas memberi saran, “Berhajilah untuk dirimu dahulu, barulah berhaji atas nama Syubrumah.”
(HR. Abu Daud, no. 1811)

5. Menyambung silaturahim dengan kerabat orang tua, memuliakan teman dan orang-orang yang dulu dicintai kedua orang tua.

إِنَّ أَبَرَّ الْبِرِّ صِلَةُ الْوَلَدِ أَهْلَ وُدِّ أَبِيهِ

“Sesungguhnya sebaik-baik bentuk berbakti adalah  me nyambung hubungan dengan keluarga kenalan baik ayahnya.”
(HR. Muslim)

من أحب أن يصل أباه في قبره فليصل إخوان أبيه بعده

“Barangsiapa yang ingin menyambung ayahnya di kuburannya, maka hendaknya ia menyambung teman-teman ayahnya dahulu waktu hidupnya.”
(HR. Ibnu Hibban dengan sanad yang shahih)

6. Meneruskan kebaikan yang dirintis atau dirutinkan orang tua.

Rasulullah bersabda:

Barang siapa merintis atau memulai perbuatan kebaikan dalam agama, maka baginya pahala dari perbuatannya tersebut, dan pahala dari orang yang mengikutinya setelahnya, tanpa berkurang sedikitpun dari pahala mereka.
(HR. Muslim no 1016)

7. Setiap amal shalih yang dilakukan anak, orang tua pun dapat bagian pahalanya.

Allah Ta’ala berfirman,

(Artinya) “Dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya.”
(QS. An-Najm: 39)

Seorang anak adalah bagian dari usaha ayahnya.

Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bersabda,

إِنَّ أَطْيَبَ مَا أَكَلْتُمْ مِنْ كَسْبِكُمْ وَإِنَّ أَوْلَادَكُمْ مِنْ كَسْبِكُمْ

“Sesungguhnya sebaik-baik makanan yang kalian makan adalah makan dari hasil yang kalian usahakan. Sesungguhnya anak-anak merupakan bagian dari yang kalian usahakan”
(HR. at-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad)


Pada saat jenazah diusung dia berkata, jika jenazah tersebut  orang saleh (semasa hidupnya) ia berkata, ‘Bersegeralah kalian (membawa aku)!’ Jika ia bukan orang saleh, ia akan berkata, ‘Celaka, ke mana kalian hendak membawaku ini sambil menjerit?’ Jeritan jenazah itu akan didengar oleh seluruh makhluk kecuali manusia. Seandainya manusia bisa mendengarnya, tentu mereka akan pingsan.

Katakanlah: “ sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan” ( QS.Al-Juma’ah :8)

Allah SWT berfirman dalam QS Azzariat:56:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.”
(Adz-Dzaariyat: 56)

Allah SWT menegaskan dalam QS. An-Nisa :78

أَيْنَمَا تَكُونُوا۟ يُدْرِككُّمُ ٱلْمَوْتُ وَلَوْ كُنتُمْ فِى بُرُوجٍ مُّشَيَّدَةٍ

“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh…”

firman Allah Ta’ala QS. Ali Imran :
كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ ٱلْمَوْتِ ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ ۖ فَمَن زُحْزِحَ عَنِ ٱلنَّارِ وَأُدْخِلَ ٱلْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَآ إِلَّا مَتَٰعُ ٱلْغُرُورِ

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesung guhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.”

Rasulullah SAW bersabda, “Mati mendadak suatu kesenangan bagi seorang mukmin dan penyesalan bagi orang durhaka.”

Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma bercerita: Aku pernah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu datang seorang lelaki dari kaum Anshar mengucapkan salam kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam lalu bertanya: Wahai Rasulullah, orang beriman manakah yang paling terbaik?

Beliau menjawab: Yang paling baik akhlaknya, orang ini bertanya lagi: Lalu orang beriman manakah yang paling berakal (cerdas)?, Beliau menjawab: Yang paling banyak mengingat kematian dan paling baik persiapannya setelah kematian, merekalah yang berakal.” (HR. Ibnu Majah).


Barangsiapa yang banyak mengingat kematian maka dimuliakan dengan tiga hal; bersegera tobat, puas hati, dan semangat ibadah, dan barangsiapa yang lupa kematian diberikan hukuman dengan tiga hal; menunda tobat, tidak rida dengan keadaan dan malas ibadah.”

Rasulullah SAW bersabda:

“Janganlah ada orang yang menginginkan mati karena kesusahan yang dideritanya. Apabila harus melakukannya hendaklah dia cukup berkata: Ya Allah, tetap hidupkan aku selama kehidupan itu baik bagiku dan wafatkanlah aku jika kematian baik untukku.” (HR. Bukhari).

Ya Allah, berikanlah ampunan, kasih sayang, afiat, dan maaf untuk mereka. Ya Allah, turunkanlah rahmat, ampunan, syafaat bagi ahli kubur penganut dua kalimat syahadat."

  1. pengingat bahwa setiap individu akan mempertanggungjawabkan perbuatannya di dunia ini di hadapan Allah SWT.

  2. Mengajak untuk berbuat kebaikan: Kesadaran akan kematian merangsang manusia untuk berbuat kebaikan dan beramal shaleh. Karena setiap jiwa akan menghadapi akhirnya, manusia diingatkan untuk menggunakan waktu hidupnya dengan bijaksana dan berusaha meningkatkan kualitas kehidupan mereka, baik dalam ibadah kepada Allah maupun dalam berbuat kebaikan kepada sesama.

  3. Mendorong persiapan untuk kehidupan akhirat: Kalimat ini mengajarkan manusia untuk mempersiapkan diri mereka untuk kehidupan setelah mati. Dengan menyadari kematian sebagai suatu realitas yang tak terhindarkan, manusia diharapkan untuk memperbaiki hubungan mereka dengan Allah SWT, melakukan amal saleh, dan mencari keridhaan-Nya agar dapat mencapai kebahagiaan abadi di akhirat.

  1. pengingat bahwa setiap individu akan mempertanggungjawabkan perbuatannya di dunia ini di hadapan Allah SWT.

  2. Mengajak untuk berbuat kebaikan: Kesadaran akan kematian merangsang manusia untuk berbuat kebaikan dan beramal shaleh. Karena setiap jiwa akan menghadapi akhirnya, manusia diingatkan untuk menggunakan waktu hidupnya dengan bijaksana dan berusaha meningkatkan kualitas kehidupan mereka, baik dalam ibadah kepada Allah maupun dalam berbuat kebaikan kepada sesama.

  3. Mendorong persiapan untuk kehidupan akhirat: Kalimat ini mengajarkan manusia untuk mempersiapkan diri mereka untuk kehidupan setelah mati. Dengan menyadari kematian sebagai suatu realitas yang tak terhindarkan, manusia diharapkan untuk memperbaiki hubungan mereka dengan Allah SWT, melakukan amal saleh, dan mencari keridhaan-Nya agar dapat mencapai kebahagiaan abadi di akhirat.