Laqadja akum rasulum


web stats

Minggu, 21 April 2024

Kematian adalah Keniscayaan CARA BERBAKTI KEPADA ORANGTUA YANG TELAH WAFAT

Kematian adalah Keniscayaan

7 CARA BERBAKTI KEPADA ORANGTUA YANG TELAH WAFAT

1. Mendoakan dan memohonkan ampunan untuk keduanya.

Rasulullah bersabda:

إِنَّ الرَّجُلَ لَتُرْفَعُ دَرَجَتُهُ فِي الْجَنَّةِ فَيَقُولُ أَنَّى لِيْ هَذَا فَيُقَالُ بِاسْتِغْفَارِ وَلَدِكَ لَكَ

Sesungguhnya ada seseorang yang diangkat kedudukannya di Surga kelak. Ia pun bertanya, “Bagaimana hal ini?” Maka dijawab: “ini Karena permo honan ampunan anakmu untukmu. (HR. Ibnu Majah)

2. Melunasi hutang orang tua, menunaikan nadzarnya dan menjalankan wasiatnya.

Al Bahuti mengatakan:

ويجب أن يسارع في قضاء دينه، وما فيه إبراء ذمته؛ من إخراج كفارة، وحج نذر، وغير ذلك

“Wajib menyegerakan pelunasan hutang mayit, dan semua yang terkait pembebasan tanggungan si mayit, seperti membayar kafarah, haji, nadzar dan yang lainnya”
(Imam al-Bahuti, Kasyful Qana, vol. 2 hal. 84)

3. Bershodaqah atas nama kedua orang tua, termasuk wakaf dan Amal jariyah.

Dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma, bahwa ibunya Sa’d bin Ubadah meninggal dunia, ketika Sa’d tidak ada di rumah. Sa’d berkata,

يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ أُمِّي تُوُفِّيَتْ وَأَنَا غَائِبٌ عَنْهَا، أَيَنْفَعُهَا شَيْءٌ إِنْ تَصَدَّقْتُ بِهِ عَنْهَا؟ قَالَ: نَعَمْ

“Wahai Rasulullah, ibuku meninggal dan ketika itu aku tidak hadir. Apakah dia mendapat aliran pahala jika aku bersedekah harta atas nama beliau?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Ya.”
(HR. al-Bukhari)

4. Menghajikan orang tua dengan syarat si anak harus haji terlebih dahulu.

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- سَمِعَ رَجُلاً يَقُولُ لَبَّيْكَ عَنْ شُبْرُمَةَ. قَالَ « مَنْ شُبْرُمَةَ ». قَالَ أَخٌ لِى أَوْ قَرِيبٌ لِى. قَالَ « حَجَجْتَ عَنْ نَفْسِكَ ». قَالَ لاَ. قَالَ « حُجَّ عَنْ نَفْسِكَ ثُمَّ حُجَّ عَنْ شُبْرُمَةَ »

Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mendengar seseorang mengucapkan, “Labbaik ‘an Syubrumah (aku memenuhi panggilan-Mu, Ya Allah, atas nama Syubrumah.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas berkata, “Memangnya siapa Syubrumah?” Ia menjawab, “Syubrumah adalah saudaraku atau kerabatku.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bertanya, “Engkau sudah berhaji untuk dirimu?” Ia menjawab, “Belum.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas memberi saran, “Berhajilah untuk dirimu dahulu, barulah berhaji atas nama Syubrumah.”
(HR. Abu Daud, no. 1811)

5. Menyambung silaturahim dengan kerabat orang tua, memuliakan teman dan orang-orang yang dulu dicintai kedua orang tua.

إِنَّ أَبَرَّ الْبِرِّ صِلَةُ الْوَلَدِ أَهْلَ وُدِّ أَبِيهِ

“Sesungguhnya sebaik-baik bentuk berbakti adalah  me nyambung hubungan dengan keluarga kenalan baik ayahnya.”
(HR. Muslim)

من أحب أن يصل أباه في قبره فليصل إخوان أبيه بعده

“Barangsiapa yang ingin menyambung ayahnya di kuburannya, maka hendaknya ia menyambung teman-teman ayahnya dahulu waktu hidupnya.”
(HR. Ibnu Hibban dengan sanad yang shahih)

6. Meneruskan kebaikan yang dirintis atau dirutinkan orang tua.

Rasulullah bersabda:

Barang siapa merintis atau memulai perbuatan kebaikan dalam agama, maka baginya pahala dari perbuatannya tersebut, dan pahala dari orang yang mengikutinya setelahnya, tanpa berkurang sedikitpun dari pahala mereka.
(HR. Muslim no 1016)

7. Setiap amal shalih yang dilakukan anak, orang tua pun dapat bagian pahalanya.

Allah Ta’ala berfirman,

(Artinya) “Dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya.”
(QS. An-Najm: 39)

Seorang anak adalah bagian dari usaha ayahnya.

Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bersabda,

إِنَّ أَطْيَبَ مَا أَكَلْتُمْ مِنْ كَسْبِكُمْ وَإِنَّ أَوْلَادَكُمْ مِنْ كَسْبِكُمْ

“Sesungguhnya sebaik-baik makanan yang kalian makan adalah makan dari hasil yang kalian usahakan. Sesungguhnya anak-anak merupakan bagian dari yang kalian usahakan”
(HR. at-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad)


Pada saat jenazah diusung dia berkata, jika jenazah tersebut  orang saleh (semasa hidupnya) ia berkata, ‘Bersegeralah kalian (membawa aku)!’ Jika ia bukan orang saleh, ia akan berkata, ‘Celaka, ke mana kalian hendak membawaku ini sambil menjerit?’ Jeritan jenazah itu akan didengar oleh seluruh makhluk kecuali manusia. Seandainya manusia bisa mendengarnya, tentu mereka akan pingsan.

Katakanlah: “ sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan” ( QS.Al-Juma’ah :8)

Allah SWT berfirman dalam QS Azzariat:56:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.”
(Adz-Dzaariyat: 56)

Allah SWT menegaskan dalam QS. An-Nisa :78

أَيْنَمَا تَكُونُوا۟ يُدْرِككُّمُ ٱلْمَوْتُ وَلَوْ كُنتُمْ فِى بُرُوجٍ مُّشَيَّدَةٍ

“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh…”

firman Allah Ta’ala QS. Ali Imran :
كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ ٱلْمَوْتِ ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ ۖ فَمَن زُحْزِحَ عَنِ ٱلنَّارِ وَأُدْخِلَ ٱلْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَآ إِلَّا مَتَٰعُ ٱلْغُرُورِ

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesung guhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.”

Rasulullah SAW bersabda, “Mati mendadak suatu kesenangan bagi seorang mukmin dan penyesalan bagi orang durhaka.”

Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma bercerita: Aku pernah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu datang seorang lelaki dari kaum Anshar mengucapkan salam kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam lalu bertanya: Wahai Rasulullah, orang beriman manakah yang paling terbaik?

Beliau menjawab: Yang paling baik akhlaknya, orang ini bertanya lagi: Lalu orang beriman manakah yang paling berakal (cerdas)?, Beliau menjawab: Yang paling banyak mengingat kematian dan paling baik persiapannya setelah kematian, merekalah yang berakal.” (HR. Ibnu Majah).


Barangsiapa yang banyak mengingat kematian maka dimuliakan dengan tiga hal; bersegera tobat, puas hati, dan semangat ibadah, dan barangsiapa yang lupa kematian diberikan hukuman dengan tiga hal; menunda tobat, tidak rida dengan keadaan dan malas ibadah.”

Rasulullah SAW bersabda:

“Janganlah ada orang yang menginginkan mati karena kesusahan yang dideritanya. Apabila harus melakukannya hendaklah dia cukup berkata: Ya Allah, tetap hidupkan aku selama kehidupan itu baik bagiku dan wafatkanlah aku jika kematian baik untukku.” (HR. Bukhari).

Ya Allah, berikanlah ampunan, kasih sayang, afiat, dan maaf untuk mereka. Ya Allah, turunkanlah rahmat, ampunan, syafaat bagi ahli kubur penganut dua kalimat syahadat."

  1. pengingat bahwa setiap individu akan mempertanggungjawabkan perbuatannya di dunia ini di hadapan Allah SWT.

  2. Mengajak untuk berbuat kebaikan: Kesadaran akan kematian merangsang manusia untuk berbuat kebaikan dan beramal shaleh. Karena setiap jiwa akan menghadapi akhirnya, manusia diingatkan untuk menggunakan waktu hidupnya dengan bijaksana dan berusaha meningkatkan kualitas kehidupan mereka, baik dalam ibadah kepada Allah maupun dalam berbuat kebaikan kepada sesama.

  3. Mendorong persiapan untuk kehidupan akhirat: Kalimat ini mengajarkan manusia untuk mempersiapkan diri mereka untuk kehidupan setelah mati. Dengan menyadari kematian sebagai suatu realitas yang tak terhindarkan, manusia diharapkan untuk memperbaiki hubungan mereka dengan Allah SWT, melakukan amal saleh, dan mencari keridhaan-Nya agar dapat mencapai kebahagiaan abadi di akhirat.

  1. pengingat bahwa setiap individu akan mempertanggungjawabkan perbuatannya di dunia ini di hadapan Allah SWT.

  2. Mengajak untuk berbuat kebaikan: Kesadaran akan kematian merangsang manusia untuk berbuat kebaikan dan beramal shaleh. Karena setiap jiwa akan menghadapi akhirnya, manusia diingatkan untuk menggunakan waktu hidupnya dengan bijaksana dan berusaha meningkatkan kualitas kehidupan mereka, baik dalam ibadah kepada Allah maupun dalam berbuat kebaikan kepada sesama.

  3. Mendorong persiapan untuk kehidupan akhirat: Kalimat ini mengajarkan manusia untuk mempersiapkan diri mereka untuk kehidupan setelah mati. Dengan menyadari kematian sebagai suatu realitas yang tak terhindarkan, manusia diharapkan untuk memperbaiki hubungan mereka dengan Allah SWT, melakukan amal saleh, dan mencari keridhaan-Nya agar dapat mencapai kebahagiaan abadi di akhirat.



















Tidak ada komentar: