Cintai Dunia Seperlunya, dari Qur'an dan Hadits
Surah Al-Hadid (57:20):
"I'lamū annamā al-ḥayātu al-dunyā la‘ibun wa lahwun wa zīnatun wa tafākhurun baynakum wa takāthurun fi al-amwāli wa al-awlādi ka-mathali ghaythin a‘jaba al-kuffāra nabātuhu thumma yahīju fa-tarāhu muṣfarran thumma yakūnu ḥuṭāman wa fī al-ākhirati ‘adhābun shadīdun wa maghfiratun minallāhi wa riḍwānun wa mā al-ḥayātu al-dunyā illā matā‘u al-ghurūr."
Terjemahan:
"Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda gurau, perhiasan, dan saling berbangga di antara kamu serta berlomba dalam kekayaan dan anak keturunan, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning, lalu hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu."
Berikut adalah salah satu hadis yang relevan tentang mencintai dunia seperlunya:
Hadis:
Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhuma, Rasulullah ﷺ bersabda:
"Kun fid-dunya ka-annaka gharībun aw ‘ābiru sabīl."
Artinya: "Jadilah kamu di dunia seperti orang asing atau seorang musafir."
(HR. Bukhari, no. 6416)
1. Makna "Orang Asing" dan "Musafir"
Orang Asing: Menunjukkan sikap tidak terlalu terikat dengan dunia. Orang asing di tempat yang bukan tanah airnya tidak menjadikan tempat tersebut sebagai tujuan utama, melainkan hanya sementara.
Musafir: Mengibaratkan dunia sebagai perjalanan singkat menuju tujuan akhir, yaitu akhirat. Seorang musafir tidak membawa banyak barang, hanya bekal yang cukup untuk mencapai tujuan.
2. Pesan Utama Hadis
Hadis ini mengajarkan kita untuk tidak menjadikan dunia sebagai tujuan hidup, melainkan sebagai tempat persinggahan yang sementara.
Kehidupan dunia harus dimanfaatkan untuk menyiapkan bekal menuju akhirat, seperti amal ibadah, kebaikan kepada sesama, dan menjauhi perbuatan yang dilarang Allah.
3. Peringatan dari Kecintaan Berlebihan pada Dunia
Rasulullah ﷺ sering mengingatkan bahwa dunia adalah tempat ujian. Kecintaan yang berlebihan pada dunia dapat melalaikan kita dari tujuan hidup yang hakiki, yaitu mengabdi kepada Allah.
4. Sikap Seimbang
Islam tidak melarang untuk menikmati dunia, tetapi harus sesuai dengan kebutuhan dan tidak melupakan akhirat. Sebagaimana dalam firman Allah:
"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu di dunia." (QS. Al-Qashash: 77).
5. Praktik dalam Kehidupan Sehari-hari
Menjalani kehidupan sederhana, tidak rakus terhadap harta, dan lebih banyak fokus pada amal ibadah.
Memiliki sikap qana’ah (merasa cukup), bersyukur atas nikmat Allah, dan tidak terlalu memanjakan diri dengan kenikmatan dunia yang fana.
Hadis ini menjadi pedoman untuk hidup bijaksana: mencintai dunia seperlunya tanpa melupakan tujuan utama kita, yaitu kehidupan akhirat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar