Nikmat dan berkah bertambah karena dzikir dan syukur
Fa-dzkurūnī adzkurkum wasykurū lī wa lā takfurūn."Maka ingatlah kepada-Ku, niscaya Aku akan ingat kepadamu, dan bersyu kurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari nikmat-Ku." (Al Baqarah: 152)
Allah juga berfirman:
Wa idz taadzdzana rabbukum la
in syakartum la-aziidannakum wa la`in kafartum inna ‘adzaabii lasyadiid. Artinya: "Dan ingatlah ketika Tuhanmu memaklumkan, 'Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu; tetapi jika kamu mengingkari nikmat-Ku, maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.'( Ibrahim: 7)
Kaitan Kedua Ayat
Pertama, kedua ayat ini sama-sama menekankan pentingnya mengingat Allah dan bersyukur atas nikmat-Nya. Dalam Al-Baqarah 152, Allah memberikan perintah langsung untuk berdzikir dan bersyukur, sedangkan dalam Ibrahim 7, Allah menegaskan bahwa syukur membawa keberkahan tambahan, sedangkan kufur nikmat akan mendatangkan azab.
Kedua, dzikir dalam Al-Baqarah 152 adalah salah satu bentuk syukur yang dapat menambah kedekatan dengan Allah. Dalam konteks Ibrahim 7, syukur tidak hanya dalam bentuk ucapan, tetapi juga dengan hati yang mengakui dan perbuatan yang memanfaatkan nikmat Allah untuk kebaikan.
Ketiga, kedua ayat ini menunjukkan hubungan timbal balik antara hamba dan Allah:
Jika hamba ingat Allah (berdzikir), maka Allah akan mengingat hamba-Nya.
Jika hamba bersyukur, Allah akan menambah nikmat yang diterimanya.
Hadis yang Sinergi
Pertama, keutamaan dzikir.
Rasulullah bersabda: "Barang siapa mengingat Allah di dalam dirinya, Allah akan mengingatnya di dalam diri-Nya. Dan barang siapa mengingat Allah dalam sebuah kelompok, Allah akan mengingatnya di hadapan kelompok yang lebih mulia daripada mereka."(HR. Bukhari dan Muslim)
Kedua, keutamaan syukur.
Rasulullah bersabda: "Barang siapa tidak bersyukur kepada manusia, maka ia tidak bersyukur kepada Allah."(HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
Ketiga, dzikir dan syukur dalam doa Rasulullah.Rasulullah saw sering berdoa:"Ya Allah, bantulah aku untuk mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu, dan memperbaiki ibadahku kepada-Mu."(HR. Abu Dawud dan An-Nasa’i)
Kupasannya
Pertama, dzikir dan syukur sebagai kewajiban.
Allah menciptakan manusia untuk mengabdi kepada-Nya. Berdzikir adalah bentuk pengabdian lisan dan hati, sedangkan bersyukur adalah pengabdian dalam perbuatan. Dengan melaksanakan keduanya, manusia menjaga hubungan dengan Allah dan menikmati keberkahan hidup.
Kedua, konsekuensi syukur dan kufur nikmat.
Dalam Ibrahim 7, Allah menjanjikan tambahan nikmat bagi yang bersyukur, sementara yang kufur akan mendapatkan azab. Kufur nikmat berarti tidak mengakui atau menggunakan nikmat untuk maksiat. Dalam kehidupan sehari-hari, ini mencakup menyia-nyiakan waktu, harta, atau kemampuan tanpa manfaat.
Ketiga, penerapan praktis.
Berdzikir: Membaca tasbih, tahmid, takbir, dan tahlil setiap hari, seperti dzikir pagi dan petang.
Bersyukur: Mengakui nikmat Allah dengan hati, memuji-Nya dengan lisan, dan memanfaatkan nikmat untuk berbuat kebaikan.
Menghindari kufur nikmat: Tidak boros, sombong, atau menggunakan nikmat untuk melanggar aturan Allah.
Kesimpulan
Kedua ayat ini memberikan pedoman untuk hidup yang diberkahi: dengan berdzikir dan bersyukur, manusia akan mendapatkan tambahan nikmat dan keberkahan. Sebaliknya, melupakan Allah atau mengingkari nikmat-Nya akan mendatangkan keburukan. Ajaran ini dipertegas oleh hadis-hadis Rasulullah saw yang menunjukkan pentingnya dzikir dan syukur dalam kehidupan seorang Muslim.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar