Wahai Nabi! Mengapa engkau mengharamkan apa yang dihalalkan Allah bagimu
Kalimat tersebut merujuk pada ayat dalam Surah At-Tahrim (66:1), yang berbunyi:
"Wahai Nabi! Mengapa engkau mengharamkan apa yang dihalalkan Allah bagimu? Engkau mencari kesenangan hati istri-istrimu? Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang."
Ayat ini turun ketika Nabi Muhammad ﷺ pernah mengharamkan sesuatu yang sebenarnya halal bagi dirinya untuk menyenangkan hati istri-istrinya. Para ulama berbeda pendapat mengenai hal spesifik yang diharamkan Nabi ﷺ. Sebagian menyebut beliau mengharamkan madu, sementara pendapat lain menyebutkan beliau mengharamkan Maria al-Qibthiyyah.
Ayat ini mengajarkan bahwa tidak sepatutnya seseorang, termasuk Nabi ﷺ, mengharamkan sesuatu yang telah dihalalkan Allah tanpa dasar syariat. Namun, ini bukan berarti kesalahan fatal, melainkan sebagai pengingat bahwa hukum Allah lebih utama daripada keputusan pribadi, meskipun dengan niat baik.
Pelajaran dari ayat ini adalah bahwa manusia tidak boleh menetapkan hukum sendiri dalam agama tanpa wahyu dari Allah, dan bahwa hukum halal dan haram harus tetap berdasarkan ketentuan Allah.
Dalam kisah yang melatarbelakangi turunnya Surah At-Tahrim ayat 1, ada dua pendapat utama di kalangan ulama tentang apa yang diharamkan oleh Nabi Muhammad ﷺ:
-
Madu
Menurut riwayat dari Aisyah radhiyallahu 'anha, Nabi Muhammad ﷺ biasa mengunjungi istrinya, Zainab binti Jahsy, yang memberinya madu. Karena itu, beliau sering berlama-lama di rumah Zainab. Aisyah dan Hafshah merasa cemburu, lalu mereka sepakat untuk mengatakan kepada Nabi ﷺ bahwa mulut beliau berbau tidak sedap setelah meminum madu. Mendengar itu, Nabi ﷺ bersumpah untuk tidak meminumnya lagi agar tidak membuat mereka terganggu. Kemudian turunlah ayat ini sebagai teguran, karena madu adalah sesuatu yang halal, dan tidak seharusnya beliau mengharamkannya hanya untuk menyenangkan hati istri-istrinya. -
Maria al-Qibthiyyah
Dalam riwayat lain, disebutkan bahwa Nabi ﷺ pernah bersama Maria al-Qibthiyyah—seorang wanita budak yang dihadiahkan oleh Raja Mesir—di rumah Hafshah binti Umar saat Hafshah sedang tidak ada. Ketika Hafshah kembali dan mengetahuinya, ia marah dan menangis. Untuk menenangkan Hafshah, Nabi ﷺ bersumpah untuk tidak bersama Maria lagi dan meminta Hafshah merahasiakan kejadian itu. Namun, Hafshah menceritakannya kepada Aisyah, sehingga Allah menurunkan Surah At-Tahrim sebagai teguran karena beliau mengharamkan sesuatu yang dihalalkan Allah.
Dua pendapat ini memiliki dasar riwayat yang berbeda, dan para ulama memiliki perbedaan pendapat tentang mana yang lebih kuat. Namun, intinya tetap sama: Allah menegur Nabi ﷺ karena mengharamkan sesuatu yang halal hanya untuk menyenangkan hati istri-istrinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar