Dialog Nabi Muhammad dengan Allah SWT pada Isra' Mi'raj
Ulama dan ahli fikih menyebut kan bahwa tasyahud berasal dari bentuk pengagungan dan doa yang diajarkan oleh Nabi SAW.
Maknanya:
- "Attahiyyatu lillahi" (Segala kehormatan, kemuliaan, dan pujian hanya milik Allah).
- "Was-salawatu wat-tayyibat" (Segala salawat dan kebaikan juga hanya untuk-Nya).
Setelah itu, dijelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW juga menerima salam dari Allah SWT kepada beliau, dan dari beliau salam itu diteruskan kepada umatnya. Kemudian Nabi SAW mengucapkan salam dan syahadat sebagai bentuk kepatuhan:
"Assalamu ‘alaika ayyuhan-nabiyyu wa rahmatullahi wa barakatuh" (Semoga kesejah teraan, rahmat Allah, dan berkah-Nya atasmu, wahai Nabi)."
Nabi Muhammad SAW lalu menambahkan salam kepada seluruh umat Islam:
"Assalamu ‘alaina wa ‘ala ‘ibadillahis-salihin" (Semoga kesejahteraan dilimpahkan kepada kami dan kepada hamba-hamba Allah yang saleh)."
Ucapan ini kemudian diakhiri dengan syahadat:
"Asyhadu an la ilaha illallah, wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu wa rasuluh" (Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya)."
Ulama menjadikan peristiwa Isra' dan Mi'raj sebagai salah satu momentum penting turunnya banyak anugerah Allah kepada umat Islam.
Dalam peristiwa Isra' dan Mi'raj, Nabi Muhammad SAW memimpin salat pada dua momen utama:
Pertama: Salat di Masjidil Aqsha (Palestina)
Setelah diperjalankan dari Masjidil Haram di Mekah ke Masjidil Aqsha di Palestina, Nabi Muhammad SAW memimpin salat berjamaah bersama para nabi dan rasul. Dalam riwayat disebutkan bahwa semua nabi dan rasul yang diutus sebelum beliau hadir dalam salat tersebut, dan Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi imam sebagai bentuk pengakuan atas kedudukannya sebagai pemimpin para nabi (Sayyidul Anbiya').
Riwayat ini diperkuat dalam beberapa hadis, seperti yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Hurairah RA, yang menyebutkan bahwa Nabi SAW bersabda:
"Aku dikumpulkan bersama para nabi di Masjidil Aqsha, lalu aku memimpin mereka salat."
Kedua: Salat di Sidratul Muntaha (Langit Tertinggi)
Setelah Nabi Muhammad SAW naik ke langit dalam perjalanan Mi'raj dan bertemu dengan para nabi di berbagai lapisan langit, beliau juga melaksanakan salat di hadapan Allah SWT sebagai bentuk ketaatan dan ketundukan. Hal ini berkaitan dengan penerimaan perintah salat yang pada awalnya diwajibkan 50 waktu sehari, lalu diringankan menjadi 5 waktu sehari. Meskipun tidak disebutkan secara rinci tempat spesifik di Sidratul Muntaha, salat ini menunjukkan dialog khusus antara Nabi Muhammad SAW dengan Allah SWT.
Hikmah dari Salat-Salat Ini:
- Salat di Masjidil Aqsha: Menegaskan kedudukan Nabi Muhammad SAW sebagai pemimpin umat manusia dan nabi terakhir.
- Salat di Sidratul Muntaha: Merupakan wujud kepatuhan Nabi SAW kepada Allah SWT sekaligus awal mula turunnya kewajiban salat lima waktu untuk umat Islam.
Hadis sahih tentang peristiwa Isra' dan Mi'raj.
Hadis 1: Perjalanan Isra' dan Mi'raj dengan Buraq
Diriwayatkan oleh Anas bin Malik RA:
Rasulullah SAW bersabda:
"Didatangkan kepadaku Buraq, yaitu seekor hewan putih, lebih besar dari keledai dan lebih kecil dari bagal. Ia meletakkan telapak kakinya sejauh pandangan matanya. Aku menaikinya hingga sampai di Baitul Maqdis (Masjidil Aqsha). Aku mengikatnya di tempat para nabi mengikatkan hewan mereka. Kemudian aku masuk ke dalam masjid, lalu salat dua rakaat. Setelah itu, aku dibawa naik ke langit."
(HR. Muslim, no. 162)
Hadis 2: Pertemuan Nabi dengan Para Nabi di Langit
Diriwayatkan oleh Anas bin Malik RA:
Rasulullah SAW bersabda:
"Kemudian Jibril membawaku naik ke langit dunia. Ia mengetuk pintu, dan ditanyakan: 'Siapa ini?' Jibril menjawab: 'Jibril.' Ditanyakan lagi: 'Siapa yang bersamamu?' Jibril menjawab: 'Muhammad.' Ditanyakan: 'Apakah ia sudah diutus?' Jibril menjawab: 'Ya.' Maka pintu pun dibukakan untuk kami, dan aku bertemu dengan Nabi Adam AS. Aku memberi salam kepadanya, dan ia menjawab salamku serta berkata: 'Selamat datang, wahai nabi yang saleh dan anak yang saleh.'"
(HR. Bukhari, no. 3207)
Hadis ini berlanjut dengan pertemuan Nabi Muhammad SAW dengan para nabi lainnya di langit kedua (Nabi Isa dan Nabi Yahya), langit ketiga (Nabi Yusuf), langit keempat (Nabi Idris), langit kelima (Nabi Harun), langit keenam (Nabi Musa), dan langit ketujuh (Nabi Ibrahim).
Hadis 3: Penerimaan Perintah Salat
Diriwayatkan oleh Anas bin Malik RA:
"Kemudian aku dibawa ke Sidratul Muntaha, tempat yang sangat tinggi, yang ujungnya aku tidak bisa gambarkan. Lalu Allah mewajibkan kepadaku dan umatku salat 50 kali sehari semalam. Ketika aku turun, aku bertemu Nabi Musa, dan ia bertanya: 'Apa yang diwajibkan Tuhanmu atas umatmu?' Aku menjawab: 'Salat 50 kali sehari semalam.' Nabi Musa berkata: 'Kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah keringanan, karena umatmu tidak akan mampu melakukannya.' Aku pun kembali kepada Tuhanku, dan salat itu dikurangi menjadi 5 kali, dengan pahala tetap 50."
(HR. Bukhari, no. 3207; Muslim, no. 162)
Hadis 4: Rasulullah Memimpin Salat di Masjidil Aqsha
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA:
Rasulullah SAW bersabda:
"Aku dikumpulkan bersama para nabi di Masjidil Aqsha. Kemudian aku memimpin mereka dalam salat."
(HR. Muslim, no. 172)
Penjelasan dan Hikmah
- Buraq sebagai Kendaraan Mulia: Hadis-hadis di atas menegaskan bahwa Buraq adalah makhluk khusus yang Allah ciptakan untuk membawa Nabi Muhammad SAW dalam perjalanan ini.
- Perintah Salat: Isra' dan Mi'raj adalah peristiwa luar biasa yang melahirkan kewajiban salat lima waktu.
- Kedudukan Nabi Muhammad SAW: Pertemuan dengan para nabi menunjukkan bahwa beliau adalah pemimpin umat manusia dan nabi terakhir.
Semua hadis di atas bersumber dari riwayat sahih dan bisa dijadikan dasar untuk memahami Isra' dan Mi'raj secara autentik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar