Laqadja akum rasulum


web stats

Rabu, 22 Januari 2025

Sistem Sewa Sawah Dalam Islam

Sistem Sewa Sawah Dalam Islam 

Sewa sawah dikenal dengan istilah IJARAH (akad sewa-menyewa) atau MUKHABARAH (kerja sama pertanian). Hukum sewa sawah diperbolehkan dalam Islam selama memenuhi syarat-syarat syariah. Berikut penjelasan dalil dan ketentuannya:

Dalil dari Al-Qur'an

Allah berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 233: “Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran yang patut.”

Ayat ini menunjukkan bahwa Islam mengakui adanya transaksi pembayaran atau upah atas jasa atau penggunaan suatu barang, termasuk sewa tanah atau sawah, asalkan dengan kesepakatan yang jelas.

Dalil dari Hadis

Rasulullah SAW bersabda:“Berikanlah upah kepada pekerja sebelum kering keringatnya.”(HR. Ibnu Majah, no. 2443)

Hadis ini menjadi dasar pentingnya melaksanakan akad sewa-menyewa dengan adil, termasuk dalam sistem sewa sawah.Rasulullah SAW pernah menyewakan tanah milik beliau kepada penduduk Khaibar dengan sistem bagi hasil. 

Dari Abdullah bin Umar RA, ia berkata:“Sesungguhnya Nabi SAW memberikan tanah Khaibar kepada penduduknya dengan syarat mereka mengerjakan tanah tersebut dengan modal mereka, dan untuk beliau bagian dari hasilnya berupa buah-buahan dan tanaman.”(HR. Bukhari, no. 2329; Muslim, no. 1551)

Hadis ini menunjukkan kebolehan menyewakan tanah, baik dengan pembayaran tetap (uang) maupun dengan sistem bagi hasil (mukhabarah).

Ketentuan Sewa Sawah dalam Islam

Jelas Objeknya:

Sawah yang disewa harus jelas luasnya, lokasinya, serta batas-batasnya.

Jelas Masa Sewanya:

Jangka waktu sewa harus disepakati di awal, misalnya 1 musim tanam atau beberapa tahun.

Jelas Pembayarannya:

Pembayaran dapat dilakukan dengan uang, hasil panen tertentu (misalnya 1/3 atau 1/4 hasil sawah), atau dalam bentuk lain yang telah disepakati.

Adil dan Ridha:

Kedua belah pihak (pemilik sawah dan penyewa) harus saling setuju tanpa ada paksaan.

Tidak Ada Unsur Riba atau Zalim:

Pembayaran atau sistemnya tidak boleh memberatkan salah satu pihak.

Sistem yang Dilarang

Islam melarang praktik sewa sawah yang mengandung unsur ketidakadilan atau ketidakpastian, seperti:

Menetapkan hasil tertentu tanpa memperhatikan kondisi panen, misalnya menyewa sawah dengan syarat seluruh hasil panen diberikan kepada pemilik tanah, tanpa menyisakan apa pun bagi penggarap.

Tidak jelas kesepakatan antara kedua belah pihak, seperti masa sewa atau jumlah pembayaran.

Kesimpulan

Sistem sewa sawah diperbolehkan selama:

Objek, waktu, dan pembayaran jelas.

Tidak ada unsur riba, zalim, atau eksploitasi.

Kedua pihak sepakat atas syarat yang ditetapkan.


Tidak ada komentar: