KRITERIA ORANG BERTAKWA
Orang yang bertakwa adalah mereka yang senantiasa menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya dengan penuh keikhlasan. Berikut adalah beberapa kriteria orang bertakwa berdasarkan Al-Qur’an dan hadis, serta kisah inspiratif yang menggambarkan ketakwaan.
Kriteria Orang Bertakwa
Pertama: Beriman kepada yang Ghaib
Orang bertakwa meyakini keberadaan Allah, malaikat, kitab-kitab, para rasul, hari kiamat, dan qadha serta qadar-Nya meskipun tidak terlihat oleh mata.
"Yaitu mereka yang beriman kepada yang gaib, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka." (QS. Al-Baqarah: 3)
Kisah Inspiratif:
Seorang sahabat Nabi bernama Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah contoh nyata orang yang beriman kepada yang gaib. Saat Rasulullah saw menyampaikan peristiwa Isra’ Mi’raj, banyak yang meragukannya, tetapi Abu Bakar langsung membenarkan tanpa ragu. Keteguhan imannya ini membuatnya dijuluki Ash-Shiddiq (yang membenarkan).
Kedua: Mendirikan Shalat dengan Khusyuk
Orang yang bertakwa selalu menjaga shalatnya dengan khusyuk, tepat waktu, dan penuh keikhlasan.
"Dan orang-orang yang memelihara shalatnya." (QS. Al-Ma’arij: 34)
"Antara seseorang dengan kesyirikan dan kekufuran adalah meninggalkan shalat." (HR. Muslim)
Kisah Inspiratif:
Umar bin Khattab sangat menjaga shalat. Pernah suatu ketika beliau ditikam oleh Abu Lu’lu’ah saat sedang shalat Subuh. Meski terluka parah, beliau tetap berusaha menyelesaikan shalatnya sebelum akhirnya jatuh pingsan. Ini menunjukkan betapa besar kecintaannya terhadap shalat.
Ketiga: Menafkahkan Harta di Jalan Allah
Orang bertakwa tidak pelit, mereka menyedekahkan sebagian hartanya kepada fakir miskin, anak yatim, dan orang-orang yang membutuhkan.
"Dan mereka menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka." (QS. Al-Baqarah: 3)
"Sedekah tidak akan mengurangi harta." (HR. Muslim)
Kisah Inspiratif:
Utsman bin Affan adalah contoh orang bertakwa dalam hal infak. Saat kaum Muslim kekurangan air di Madinah, ia membeli sumur Raumah dengan harga mahal lalu menghibahkannya agar bisa digunakan gratis oleh kaum Muslim. Kedermawanannya membuat Rasulullah ﷺ menjanjikannya surga.
Keempat: Mampu Mengendalikan Amarah dan Memaafkan Orang Lain
Orang bertakwa tidak mudah marah dan selalu berlapang dada dalam memaafkan kesalahan orang lain.
"Dan orang-orang yang menahan amarahnya serta memaafkan manusia. Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebajikan." (QS. Ali Imran: 134)
"Orang yang kuat bukanlah yang pandai bergulat, tetapi yang mampu mengendalikan dirinya ketika marah." (HR. Bukhari dan Muslim)
Kisah Inspiratif:
Ali bin Abi Thalib pernah bertarung dengan seorang musuh di medan perang. Ketika Ali hampir menang, musuh itu meludahi wajahnya. Ali langsung berhenti dan tidak membunuhnya. Ketika ditanya mengapa, Ali menjawab bahwa ia takut membunuhnya bukan karena Allah, tetapi karena amarah pribadi. Musuhnya pun terharu dan akhirnya masuk Islam.
Kelima: Takut kepada Allah dan Mengharapkan Ampunan-Nya
Orang yang bertakwa selalu merasa diawasi oleh Allah, takut akan azab-Nya, tetapi juga berharap rahmat dan ampunan-Nya.
"Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut (karena mereka tahu) bahwa mereka akan kembali kepada Tuhan mereka." (QS. Al-Mu’minun: 60)
"Tujuh golongan yang akan mendapat naungan Allah pada hari kiamat... di antaranya adalah seseorang yang mengingat Allah dalam kesendirian hingga air matanya menetes." (HR. Bukhari dan Muslim)
Kisah Inspiratif:
Umar bin Abdul Aziz adalah khalifah yang terkenal takut kepada Allah. Suatu malam, saat memeriksa urusan negara, ia mematikan lampu istana ketika anaknya ingin berbicara tentang urusan pribadi. Ketika ditanya alasannya, ia menjawab bahwa minyak lampu itu milik negara dan tidak boleh digunakan untuk kepentingan pribadi.
Kesimpulan
Orang yang bertakwa memiliki sifat iman yang kuat, menjaga shalat, gemar bersedekah, menahan amarah, serta selalu merasa takut dan berharap kepada Allah. Keteladanan para sahabat dan ulama menunjukkan bahwa ketakwaan bukan sekadar teori, tetapi harus dibuktikan dalam kehidupan sehari-hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar