Bara Iman di Dalam Dada
Setiap selesai shalat, aku duduk sejenak. Lalu bibirku mengucap,
“Āmantu billāhi wa rasūlih.”
Aku beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.
Entah sejak kapan kalimat ini menjadi teman hatiku,
tapi setiap kali kuucap, ada sesuatu yang hangat menyala di dada, seperti bara kecil yang tak ingin padam.
Aku tahu, hidup ini sering membuat iman redup.
Kadang karena kesibukan, kadang karena kecewa.
Namun kalimat pendek itu seperti tangan lembut yang menarikku kembali,
menyadarkanku bahwa tanpa iman, aku hanya berjalan dalam gelap.
Allah berfirman:
"Sesungguhnya orang-orang beriman hanyalah mereka yang apabila disebut nama Allah, gemetarlah hati mereka..."(QS. Al-Anfal: 2)
Lalu aku lanjutkan dzikirku dengan lirih:
“Raḍītu billāhi rabba, wa bil-islāmi dīna, wa bi-Muḥammadin nabiyya wa rasūlā.”
Aku ridha Allah sebagai Tuhanku, Islam sebagai agamaku, dan Muhammad sebagai nabi serta rasulku.
Rasanya seperti menegaskan
bahwa aku akan patuh, walau diuji, akan sabar walau terluka,
akan ridha walau belum tahu rencana-Nya.
Nabi saw bersabda:
“Barang siapa mengucapkan kalimat ini di waktu pagi dan sore sebanyak tiga kali, maka Allah akan ridha kepadanya pada hari kiamat.”(HR. Ahmad)
Aku ingin termasuk di antara orang-orang yang diridhai itu.
Bukan karena aku suci,
tapi karena aku tak ingin jauh dari-Nya.
Aku sadar, bahwa iman tidak tumbuh sekali lalu kekal.
Ia harus disiram dengan dzikir,
dijaga dengan sabar,
dihidupkan dengan syukur.
Dan bila suatu hari nanti aku dipanggil pulang,
aku ingin api iman itu masih menyala di dadaku —
menjadi cahaya yang menuntunku menuju ridha Allah.
Dan saya yakin para sahabatku akan hidup dalam islam yg taat dan mati dalam keadaan beriman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar