Laqadja akum rasulum


web stats

Senin, 13 Oktober 2025

GURU YANG MENUTUP MATA (sebuah refleksi)

GURU YANG MENUTUP MATA
(sebuah refleksi) 

Kadang, pelajaran paling dalam tidak diajarkan dengan kata-kata, tetapi dengan sikap yang diam dan tulus.
Inilah kisah seorang guru yang menutup matanya,
agar seorang murid bisa membuka jalan hidupnya. 

Aku masih ingat hari itu — hari yang hampir menghapus masa depanku.
Sebuah jam tangan hilang di kelas, dan semua mata menatap dengan curiga.
Aku tahu, benda itu ada di sakuku.
Aku gemetar, napasku sesak oleh rasa takut yang menghujam. 

Guru kami masuk. Wajahnya tenang, suaranya lembut tapi tegas,
“Semua berdiri. Dan tutup mata kalian.”

Aku berdiri dengan mata tertutup, menunggu malu yang akan menghancurkan hidupku.

Lalu terasa jemari tangan guru itu mengambil jam itu tanpa sepatah kata pun.

Ia terus memeriksa murid lain seolah tak terjadi apa-apa.
Dan ketika kami membuka mata, tak ada teguran. Tak ada nama disebut. Hanya jam itu dikembalikan kepada pemiliknya, seolah angin telah meniup aibku jauh-jauh.

Sejak hari itu aku berubah.
Rasa malu itu tak jadi luka, tapi jadi suluh yang menyalakan jalan hidupku.
Aku belajar jujur. Aku belajar menghargai kebaikan.

Setelah lama aku menemui beliau di sebuah acara pernikahan.
“Pak, masih ingat saya? Saya murid yang dulu mencuri jam tangan itu.”

“Maaf, Nak. Aku tidak mengingatmu. Saat itu, aku pun menutup mataku agar tak tahu siapa yang bersalah.”

Aku terdiam lama.
Air mata jatuh tanpa kusadari.
Ternyata, guru sejati bukan hanya yang mengajar dengan buku, tapi yang menjaga kehormatan muridnya. 

“Barangsiapa menutupi aib seorang Muslim, maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat.” (HR. Muslim)

“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Mumtahanah: 8)

Guru itu mengajarkanku arti ihsan tanpa berkata apa-apa.
Bahwa kebaikan sejati tak selalu tampak — kadang justru dilakukan dengan mata tertutup tapi hati terbuka.

Satu tindakan kecil dari seorang guru bisa mengubah jalan hidup murid selamanya.
Begitulah kasih yang tak butuh tepuk tangan tapi cukup jadi cahaya di hati.
#refleksiduniapendidikan.

Tidak ada komentar: