Wangi Surga atau Gigitan Suja’ul Aqra
Saat napas terakhir tiba, dunia menjadi sunyi.
Mata tak lagi melihat, telinga tak lagi mendengar,
hanya ruh yang sadar — sedang menunggu panggilan akhir.
Bagi yang hidupnya diwarnai sujud,
malaikat Izrail datang dengan wajah seindah cahaya fajar.
Ditemani malaikat rahmat,
mereka membawa kain putih dari surga,
mengucapkan lembut:“Wahai jiwa yang tenang, keluarlah menuju ampunan dan ridha Tuhanmu.”(QS. Al-Fajr: 27–28)
Ruh itu keluar dengan ringan,
seperti tetesan air yang mengalir dari mulut kendi.
Dari jasadnya tercium harum kasturi,
dan bumi berkata, “Inilah hamba yang bersujud di atasku.”
Namun bagi yang lalai dan meninggalkan salat,
malaikat datang dengan wajah murka, hitam kelam.
Izrail berdiri di kepalanya sambil berkata:
“Wahai jiwa yang kotor, keluarlah menuju kemurkaan dan azab Allah!”
Ruhnya menolak keluar,
menyebar ke seluruh tubuh, bersembunyi di sendi-sendi.
Lalu datanglah Suja’ul Aqra’,
ular besar di alam kubur yang setiap gigitannya menyiksa karena ia
tidak menegakkan salat lima waktu.
Tubuhnya hancur di bawah tanah, karena dulu di dunia ia kuat berdiri di hadapan manusia, tapi tak kuat berdiri di hadapan Allah.
Wahai diri,
setiap rakaat yang kita tegakkan hari ini
akan menjadi pelindung dari siksa di bawah tanah nanti.
Setiap sujud yang kita lakukan
akan menjadi sayap yang mengangkat ruh menuju taman surga.
Karena bagi yang taat, kubur bukan penjara,
melainkan taman hijau yang terbuka bagi ruh-ruh suci,
disambut wangi surga sebelum hari pertemuan dengan Allah.
Dan bagi yang lalai, kubur menjadi ruang gelap yang penuh sesal —
tempat di mana baru disadari,
bahwa satu sujud di dunia lebih berharga daripada seribu tahun hidup tanpa salat.“Sesungguhnya salat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar,dan mengingat Allah adalah yang paling besar.”(QS. Al-‘Ankabut: 45)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar